“Sungguh
Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”
-QS. At-Tiin, Ayat 4-
Belakangan ini sangat ramai pembahasan terkait Quarter Life Crisis (QLC) dan kesehatan mental yang dialami oleh para millenial. QLC merupakan sebuah kondisi saat seseorang sedang berjuang dan bingung dalam menentukan cta-citanya, pendidikan, finansial, percintaan dan potensi diri. Terdapat 4 kriteria dari World Health Organization (WHO) terkait seseorang yang sehat mental. Pertama, mengenali potensi diri dengan mengetahui kelebihan dan kekurangannya sehingga dapat mengoptimalkannya dengan baik. Kedua, mampu menghadapi stress sehari-hari sehingga mampu menyesuaikan diri dengan tekanan-tekanan yang dihadapi. Ketiga, produktif untuk melakukan sesuatu yang positif, tidak membuang waktu atau energinya untuk hal yang sia-sia. Keempat, bermanfaat atau berkontribusi untuk orang lain.
Permasalahan QLC dan kesehatan mental ini dapat diatasi dengan langkah pertama yaitu meyakini bahwa Allah menciptakan manusia dalam bentuk yang terbaik. Seperti yang dijelaskan QS At Tiin ayat 4 mengenai konsep ahsan taqwim. Ar-Raghib menyatakan bahwa taqwim adalah bentuk isyarat tentang keistimewaan manusia dengan diberikannya akal dan pemikiran yang baik terhadap mereka (Permadi, 2019). Pengertian ahsan taqwim yaitu sebaik-baiknya, lebih baik, lebih utama, lebih indah, yang terbaik optimal, dalam kondisi terbaik dan dengan bentuk fisik yang sesuai dengan fungsinya (Al Bisri, 1999). Penegasan Allah telah menciptakan manusia dengan kondisi fisik dan psikis mengandung arti fisik dan psikis manusia itu perlu dipelihara dan ditumbuh kembangkan. Fisik manusia dipelihara dan ditumbuh kembangkan dengan memberi gizi yang cukup dengan menjaga kesehatannya. Psikis manusia dipelihara dengan memberinya agama dan pendidikan yang baik. Apabila fisik dan psikis manusia dipelihara dan di tumbuh kembangkan, maka manusia akan dapat memberikan kemanfaatan yang besar kepada alam ini. Dengan demikianlah akan menjadi makhluk termulia (Shihab, 2002).
Setelah meyakini bahwa setiap manusia memiliki keistimewaan fisik maupun psikis, langkah kedua yakni memahami tentang tujuan pencitptaan manusia di dunia. Allah mengirimkan manusia di bumi dengan segenap tugas dan misinya yang telah dijelaskan pada QS Al Baqarah ayat 30 dan QS Adz Dzariat ayat 56.
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (QS Al-Baqarah: 30)
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS Adz Dzariyat: 56)
Kedua ayat tersebut menjelaskan tentang tujuan atau visi manusia hidup di dunia. Memiliki visi akan membuat seseorang mempunyai semangat untuk terus bertumbuh dan berkarya sebagai wujud ibadah terbaik kepada Allah. Visi ini juga menjadi pengingat manusia bahwa dunia hanya sebagai kendaraan menuju jalan pulang (akhirat).
Amunisi untuk menuju jalan pulang pun telah Allah titipkan pada setiap diri manusia berupa passion atau bakat yang dijelaskan pada QS Al Isra ayat 84.
"Tiap-tiap orang harus bekerja sesuai dengan syakilahnya masing-masing. Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalan nya.” (QS Al Isra:84)
Ibnu Abbas mengatakan, yang dimaksud dengan 'ala syakilatihi ialah menurut keahliannya masing-masing. Menurut beberapa motivator, terdapat 4 indikator passion yakni sangat menikmati yang dilakukannya; dapat menghasilkan uang, pengakuan atau penghargaan; mudah dalam mengerjakan dan belajarnya; selalu mengerjakan dengan optimal.
Mengoptimalkan potensi diri untuk berkontrubusi ialah salah satu tanda syukur dan ibadah kepada Allah. Para shahabiyah pun sudah melakukan kontribusi sesuai dengan passion masing-masing. Aisyah binti Abu Bakar ialah sosok muslimah yang cerdas, memiliki wawasan dan keluasan ilmu, terutama dalam masalah-masalah keagamaan, baik yang dikaji dari Al-Quran, hadis, maupun ilmu-ilmu fiqih. Ibunda Aisyah juga menguasai ilmu kedokteran, syair dan ilmu genealogi (ilmu keturunan).
Rufaida Al Islamiyyah adalah perawat muslimah pertama yang dipercaya Rasulullah. Beliau membantu saat terjadi Perang Badar, Uhud, Khaibar, dan Khandaq. Dengan keahlian yang beliau miliki, membuat beliau merasa terpanggil sebagai sukarelawan bagi korban luka perang. Tak lupa, Rufaidah mendirikan rumah sakit untuk membantu para mujahid yang terluka saat berperang. Sutayta Al-Mahamli seorang muslimah yang sangat menguasai hisab atau aritmatika dan perhitungan waris. Kedua cabang matematika tersebut berkembang dengan baik di zamannya. Dalam aljabar, ia berhasil menemukan sebuah persamaan yang pada masa selanjutnya, sering dikutip oleh pakar matematika lainnya. Bidang ilmu lain yang juga dikuasainya adalah sastra Arab, ilmu hadis, dan hukum.
Ummu Sulaiman diberikan kepercayaan oleh Umar bin Khathtab untuk menjadi qadhi hisbah di Madinah (orang yang bertugas mengawasi masalah pasar). Ummu Sulaiman juga sangat peduli terhadap persoalan budaya dan sosial. Khadijah bin Khuwailid, seorang pebisnis andal, pengusaha wanita sukses yang disegani. Sebagai seorang saudagar, beliau memiliki sejumlah orang kepercayaan yang membantunya menjalankan bisnis. Beliau juga senantiasa membagi profit kepada karyawan atau pegawai, bahkan relasi bisnis.
Telah banyak role model muslimah yang dapat dijadikan teladan. Kini, muslimah tak perlu bimbang dan ragu lagi tentang visi dan keahliannya. Allah telah titipkan passion pada setiap muslimah. Hilangkan perasaan kurang percaya diri, khawatir tidak tercapainya mimpi, takut tidak dihargai. Saatnya menjadi muslimah yang merdeka, berani bermimpi dan siap berkontribusi untuk negeri. Apapun cita-citanya, selalu jadikan keridhaan Allah sebagai tujuan utama dalam berkarya. Senantiasa ikhlas dalam berjuang dan berproses meraih cita di jalanNya hingga menjadi sebaik-baiknya manusia yang bermanfaat.
“Semua manusia akan rusak, kecuali orang yang berilmu”
“Semua orang berilmu pun akan rusak, kecuali orang yang beramal.”
“Semua orang yang beramal pun akan rusak, kecuali yang ikhlas”
-Al Ghazali-
@choir19cca
Referensi:
M.Quraish Shihab. 2002. Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan, dan Kerasian Al-Qur’an Juz Amma. Lentera Hati: Jakarta.
Munawir Al-Bisri. 1999. Kamus Indonesia-Arab. Pustaka Progressif: Surabaya.
Permadi, D. 2019. Konsep Ahsan Taqwim Dalam Surat At-Tin Ayat 4. Skripsi. Medan: Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.
Komentar
Posting Komentar