Bismillah..
Alhamdulillah, Allah sampaikan umur kita hingga
menapaki awal bulan Syawal pada Hari Raya Idul Fitri 1441 H. Hal ini merupakan salah
satu kenikmatan yang harus kita syukuri bersama, sebab tidak sedikit orang yang
berjumpa dengan bulan Ramadhan namun tidak bisa bertemu dengan bulan Syawal. Ramadhan
tahun ini spesial dengan begitu banyak ujian dari Allah untuk negeri ini, salah
satunya adalah pandemic virus covid-19 yang telah begitu signifikan mengubah berbagai
tatanan kehidupan.
30 hari Ramadhan telah kita lewati dengan kondisi yang
berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Mari, coba kita refleksikan bersama di
hari kemenangan ini. Adanya pandemic ini, ‘memaksa’ kita untuk melakukan segala
aktivitas dari rumah. Yuk, kita refleksikan dan renungkan bersama apa ‘pesan’
Allah di bulan Ramadhan tahun ini.
1. Tarawih di rumah
Shalat Tarawih di rumah menjadi pilihan di
beberapa daerah untuk meminimalisir penyebaran virus ini. Salah satu hikmah
dilaksanakannya sholat tarawih dirumah yakni mengingatkan kita kembali tentang
tananan dan fungsi keluarga dalam Islam. Melaksanakan perintah Allah yang sudah
tercantum pada Al-Qur’an yakni,
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah
dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai
Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan
apa yang diperintahkan.” (QS At-Tahrim:
6).
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum
wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas
sebahagian yang lain (wanita),…” (QS An-Nisa: 34).
Dua ayat diatas mengingatkan kita tentang
peran seorang bapak/suami sebagai imam atau pemimpin dalam keluarganya yang
ditugaskan untuk menjaga keluarganya supaya terhindar dari api neraka. Salah
satu caranya dengan menegakkan sholat berjamaah. Terlebih, ibadah sholat
tarawih di bulan Ramadhan memiliki keutamaan yang besar.
"Barangsiapa ibadah (tarawih) di bulan
Ramadhn seraya beriman dan ikhlas, maka diampuni baginya dosa yang telah
lampau." (HR Bukhari dan Muslim).
2. Tadarus di rumah
Biasanya
setiap malam selepas sholat tarawih dilanjutkan tadarus atau membaca Al-Qur’an Bersama
di Masjid atau Mushola. Kini kegiatan tadarus pun juga dilakukan dirumah. Kini
rumah-rumah dihidupkan malamnya dengan bacaan ayat-ayat suci. Rumah-rumah yang
didalamnya dibacayan ayat suci Al-Quran memiliki banyak keutamaan seperti yang disebutkan
pada hadits berikut,
“Setan
berlari dari rumah yang dibacakan surah Al Baqarah di dalamnya”. (HR. Ahmad).
3. Buka Bersama Keluarga di Rumah
Sudah genap 30 hari kita
berbuka puasa dirumah bersama keluarga tercinta. Biasaya bulan Ramadhan selalu penuh
dengan undangan buka puasa bersama. Entah teman TK, SD, SMP, SMA, Kuliah,
Kerja, pemuda kampung dan lain-lain. Namun, tahun ini tidak ada lagi
undangan-undangan buka puasa bersama diluar.
Mungkin Ramadhan tahun ini Allah
ingin kita untuk lebih mengutamakan berbuka bersama keluarga, supaya lebih
dekat dan bisa selalu sholat berjamaah bersama keluarga. Sebab, biasanya kalau
udah buka bersama teman-teman, kita terlalu asyik mengobrol dan lupa untuk
senantiasa melangitkan doa dan hajat kita ketika menjelang berbuka puasa. Padahal,
saat itulah waktu mustajab berdoa seperti yang telah disebutkan dalam hadits
berikut,
“Ada tiga doa yang tidak
tertolak. Doanya orang yang berpuasa hingga ia berbuka, doanya pemimpin yang
adil dan doanya orang yang terzhalimi” (HR. Tirmidzi).
Selain itu, biasaya kalau
kita buka bersama diluar sering terlena oleh waktu hingga telat melaksanakan sholat
isya dan tarawih. Padahal ada dua kebahagiaan orang yang berpuasa yang telah
disebutkan dalam hadits berikut,
“Bagi orang yang berpuasa ada dua kebahagiaan. Kebahagiaan ketika ia berbuka dan kebahagiaan ketika ia bertemu Rabb-Nya” (HR. Bukhari).
Berbuka dirumah InsyaaAllah
kita bisa meraih dua kebahagiaan sekaligus yakni berbuka bersama keluarga
tercinta dan juga melanjutkan sholat diawal waktu. Selain itu, buka puasa
dirumah bisa lebih hemat, karena biasanya kalau buka puasa dirumah cukup
mengguras kantong, hehe.
4. Kajian Online
Hikmah yang lain Ramadhan tahun ini yang didukung
oleh kecanggihan teknologi. Begitu banyak kajian-kajian bertebaran di media
online. Suatu kenikmatan yang patut kita syukuri. Hampir 24 jam non stop dari
pagi, siang, malam selalu ada kajian online entah via WA, Youtube, Zoom dan
media lain.
Banyak ayat Al-Qur’an dan hadist Nabi Muhammad SAW
yang menekankan tentang keutamaan menuntut ilmu.
''Apabila kalian berjalan melewati taman-taman
Surga, perbanyaklah berzikir.'' Para sahabat bertanya, ''Wahai Rasulullah,
apakah yang dimaksud taman-taman surga itu?'' Nabi menjawab, ''Yaitu
halaqah-halaqah zikir (majelis ilmu).''
(HR At-Tirmidzi)
Begitu pula yang disampaikan oleh Dr Muhammad bahwa
dalam pertemuan agama, jiwa disucikan, hati dibersihkan, dan seluruh orang
dipenuhi rasa keimanan. Banyak taman-taman surga yang bisa kita singgahi selama
bulan Ramadhan tahun ini. Bahkan, kita bisa mengikuti lebih dari satu kajian
dalam waktu yang bersamaan.
5. Takbiran di rumah
Mengumandangkan
takbir saat menyambut hari raya Idul Fitri merupakan sunnah yang dianjurkan
Rasulullah SAW. Di Indonesia, takbiran ini ini biasanya dilakukan dengan
melakukan pawai obor maupun lampion di jalanan. Gema takbir berkumdangan
sepanjang malam Idul Fitri di semua masjid dan mushola.
Kini,
ramainya pawai anak-anak kecil tahun ini tidak bisa kita lihat lagi. Allah
ingin di setiap rumah umat muslim untuk mengumandangkan takbir dengan penuh
khuysu dan pemaknaan. Coba kita lihat artinya kurang lebih seperti ini “Allah
Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Tiada Tuhan Selain Allah, Allah
Maha Besar, Allah Maha Besar dan segala puji bagi Allah.”
Mari kita refleksikan arti dari lafal takbir yang kita
kumandangkan, yakni tentang kebesaran Allah. Allah Maha Besar berarti bahwa
tiada yang bisa menandingi kebesarannya. Menunjukkan begitu besarnya kekuasan
Allah atas alam semesta ini. Contohnya dengan adanya virus tak kasat mata yang Allah
ciptakan ini, dapat mempengaruhi keseimbangan kehidupan manusia. Hal ini
menambah keyakinan bahwa kita hanyalah hamba Allah yang lemah dibawah kekuasaan-Nya.
6. Sholat Eid di rumah
Sholat
Eid hukumnya termasuk sunnah muakkad, yakni sunnah yang sangat dianjurkan atau
ditekankan. Gema takbir dikumandangkan pada saat sholat Eid. Berduyun-duyun
umat muslim memenuhi Masjid atau tanah lapang untuk melaksanakan sholat Eid
berjamaah. Tapi, tahun ini hanya beberapa tempat saja yang melaksanakan sholat
Eid secara berjamaah diluar. MUI telah mengeluarkan panduan tetang tata cara
sholat Eid.
Ini
juga sebagai pembelajaran bagi kita semua. Biasanya kita hanya datang menuju
tempat sholat dan mengikuti imam. Namun, saat ini kita dipaksa untuk belajar
bagaimana caranya sholat Eid secara sendiri maupun berjamaah, belajar bagaimana
sunnah-sunnah sebelum sholat Eid, bagaimana bacaannya, kapan batas waktu sholat
Eid dan lain-lain. Sebuah pengingat bagi kita semua, jangan sampai kita mau
belajar ketika kondisi sudah mendesak. Masih banyak PR kita untuk belajar
tentang Islam.
7. Lebaran di rumah
Idul
Fitri ini di Indonesia populer dengan sebutan Lebaran. Menurut Prof HM Baharun, lebaran berasal dari akar kata lebar yang maknanya tentu agar di
hari raya kita harus berdada lebar (lapang dada). Sifat lapang dada
untuk meminta dan sekaligus memberi maaf (al-‘afwu:
menghapus, yakni menghapus kesalahan) kepada sesama.
Tradisi
yang baik saat lebaran yakni saling berkunjung atau berilaturahim ke sanak saudara
memiliki keutamaan antara lain yang disebutkan dalam hadits berikut,
“Barangsiapa
yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka sambunglah tali
silaturahmi” (HR. Bukhari dan Muslim).
Tetapi,
lebaran untuk tahun ini sedikit berbeda. Silaturahim
dilakukan melalui media online, tidak ada mudik. Sedih memang,
rindu pasti, tapi pasti ada hikmah dibalik ini semua. Lebaran biasanya identik
dengan baju baru, penampilan baru, berbagai pertanyaan, petasan, dan lain lain.
Coba kita renungkan bersama, barangkali ada pesan yang harus kita petik.
Terkadang
saat momen lebaran rawan muncul penyakit riya’ yakni dengan penampilan dan
baju-baju terbarunya. Terutama kaum hawa, kadang tidak terasa kemudian justru
sibuk membicarakan tentang pakaian-pakaian barunya.
Selanjutnya,
saat berkunjung dengan tujuan silaturahim terkadang kita lupa untuk menjaga
lisan kita. Banyak pertanyaan-pertanyaan yang sensitif seperti, “Wah,
sekarang gemukan ya?”, “Sekarang kuliah di mana?”, “Wah, kapan nih nikahnya?”, “Udah
isi belum?”, “Sekarang kerja dimana?”, “Kapan nih punya cucu?”, “Udah lulus
kuliah belum?” atau sebuah pernyataan seperti “Sekarang, anakku udah
kerja di Perusahaan X”, “Anakku udah menikah semua”, “Cucuku udah 5 sekarang”, “Anakku
9 semuanya jadi dokter”, “Anakku lagi kuliah di Inggris”.
Mungkin
tahun ini Allah ingin kita merenungkan kembali tentang menjaga lisan. Kita boleh
saja bertanya seperti hal-hal diatas, tapi harus tau kondisi dengan siapa kita
berbicara. Terkadang kita tidak sadar, ucapan yang kita lontarkan menjadikan
sakit hati seseorang. Sebab, kita nggak pernah tahu bagaimana kondisi hati
orang lain. Masih banyak kok pertanyaan-pertanyaan lain yang lebih baik. Bisa membicarakan
hal yang lebih umum, atau bisa membuat project kebaikan bersama dan lain-lain. Jangan
sampai lisan kita menyakiti orang lain (*pengingat untuk penulis juga ini).
Dalam
islam menyakiti hati sesama muslim adalah perbuatan dosa, seperti yang telah
Allah peringatkan dalam ayat berikut
“Dan
orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan tanpa
kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul
kebohongan dan dosa yang nyata” (QS Al Ahzab : 58).
Untuk
itu jangan sampai kita menumpuk dosa-dosa kecil ataupun besar dengan menyakiti
hati orang lain khususnya saudara kita sesama muslim. Jangan sampai kita
menjadi orang yang bangkrut seperti yang disebutkan dalam hadits berikut,
“Sesungguhnya
umatku yang bangkrut adalah orang yang pada hari kiamat datang dengan shalat,
puasa, dan zakat, tetapi ia selalu mencaci-maki, menuduh, dan makan harta orang
lain serta membunuh dan menyakiti orang lain. Setelah itu, pahalanya diambil
untuk diberikan kepada setiap orang dari mereka hingga pahalanya habis,
sementara tuntutan mereka banyak yang belum terpenuhi. Selanjutnya, sebagian
dosa dari setiap orang dari mereka diambil untuk dibebankan kepada orang
tersebut, hingga akhirnya ia dilemparkan ke neraka.”
(HR Muslim)
Saya yakin, masih begitu banyak pesan Allah yang diselipkan
selama perjalanan bulan Ramadhan tahun
ini. Mari, kita refleksikan bersama-sama. Semoga Allah senantiasa menguatkan
kita semua dan bisa lulus di ujian madrasah ini dengan nilai maksimal serta
lulus dari Universitas Ramadhan dengan gelar taqwa. Aamiin..
#NoteToMySelf
Taqabbalallahu Minna Wa Minkum..
Mohon Maaf Lahir dan Batin..
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1441 H..
Sleman, 1 Syawal 1441 H
Ahad, 24 mei 2020
Choirun Nisa
@choir19cca
Komentar
Posting Komentar