Bismillah..
Saat ini ramai diperbincangkan di tengah masyarakat terkait
revolusi 4.0. Sebelumnya, revolusi Industri 1.0 ditemukannya mesin uap pada
tahun 1804 yang mendrorong munculnya kapal uap, kereta api dan lain-lain. Revolusi
Industri 2.0 dengan ditemukannya listrik dan assembly line yang
meningkatkan produksi barang sekitar tahun 1870-1914. Revolusi Industri 3.0
dengan adanya inovasi teknologi informasi, komersialiasi personal computer,
internet sekitar tahun 1960-1990
dan yang selanjutnyaakan ada Society 5.0.
Revolusi Industri 4.0 pun sudah mulai kita rasakan paa tahun
2011 dengan mudahnya berkomunikasi dengan teman kita antar pulau bahkan antar
negara, berbelanja via online, memesan tiket cukup dari rumah dan pesan makanan
dari kamar kos. Revolusi Industri 4.0
dimulai yang ditandai dengan bertumbuhnya tren di bidang digital,
seperti Artificial Intelligence (AI),
Internet of Things (IoT), Big Data, dan
teknologi Cloud Computing. Seperti
halnya tenaga uap, listrik, dan komputer pada revolusi Industri yang telah
lalu, revolusi Industri 4.0 ini dapat mengubah industri di masa depan menjadi
industri yang lebih cerdas. Era baru industrilisasi digital ini juga perlu kita
perhatikan bersama karena ada beberapa ancaman dan peluang yang harus kita
maksimalkan.
Secara global era digitalisasi akan menghilangkan sekitar 1
– 1,5 miliar pekerjaan sepanjang tahun 2015-2025 karena digantikannya posisi
manusia dengan mesin otomatis (Gerd Leonhard, Futurist). Selain itu, diestimasi
bahwa di masa yang akan datang, 65% murid sekolah dasar di dunia akan bekerja
pada pekerjaan yang belum pernah ada di hari ini (U.S. Department of Labor
report). Namun, ada peluang yaitu pada era digitalisasi ini berpotensi
memberikan peningkatan net tenaga kerja hingga 2.1 juta pekerjaan baru
pada tahun 2025 dan terdapat potensi pengurangan emisi karbon kira-kira 26
miliar metrik ton dari tiga industri: elektronik (15,8 miliar), logistik (9,9
miliar) dan otomotif (540 miliar) dari tahun 2015-2025 (World Economic Forum).
Pada kesempatan ini saya hanya akan membahasa sedikit
tentang Big Data yang sudah sering menjadi perbincangan akhir-akhir ini. Big Data
merupakan sebuah istilah untuk menggambarkan data yang memiliki setidaknya 3
karakteristik yakni Volume, Velocity dan Variety (3 V’s) yang berukuran besar
baik itu data yang tersturktur maupun tidak. Data ini sangat dekat dengan
kehidupan keseharian kita, misalnya saja ketika kita berkomunikasi via whatshapp. Percakapan kita setiap detik
dapat dengan mudah untuk dilacak, setiap orang punya jejak digitalnya
masing-masing. Hal ini lah yang juga menjadi perhatian kita untuk berhati-hati
dalam bermedsos (nanti bisa ketangkap). Itu baru salah satu contoh terkait data
chatting whatshapp satu orang dalam sehari, bayangkan ada berapa
miliar chat dalam sehari dan dari berbagai media social lainnya. Sehingga, ini
lah yang bisa disebut sebagai salah satu contoh Big Data. Ketika berurusan
dengan begitu banyak data yang tidak terstruktur tersebut maka tidak mungkin untuk dikelola dengan cara
tradisional. Maka dari itu, tren akan Big Data mulai muncul saat ini.
Proses analisis dalam Big Data tentu membutuhkan berbagai
software-software yang canggih dan memory yang besar untuk bisa menampung semua
data yang masuk. Berbagai metode analisis statistika digunakan untuk memperoleh
sebuah kesimpulan yang terbaik dengan meminimalisir error. Saya tidak akan
membahas tentang metode analisis statistika dalam Big Data ini, mungkin lain
kali ya, hehe. Saya share sedikit informasi saja terkait bagaimana strategi
dalam merespon masa depan di era digital ini yang disampaikan oleh Prof. Chairil
dalam materi I’tikaf profetik 2019:
- Komitmen peningkatan investasi di pengembangan digital skills
- Selalu mencoba dan menerapkan prototype teknologi terbaru, Learn by doing!
- Menggali bentuk kolaborasi baru bagi model sertifikasi atau pendidikan dalam ranah peningkatan digital skill
- Dilakukanny kolaborasi antara dunia industri, akademisi, dan masyarakat untuk mengidentifikasi permintaan dan ketersediaan skill bagi era digital di masa depan
- Menyusun kurikulum pendidikan yang telah memasukan materi terkait human-digital skills
Rekam digital keseharian kita pun dapat dilacak dengan
mudahnya. Namun, ada rekaman yang melebihi dari kecanggihan teknologi itu semua
yakni catatan amal manusia. Coba bayangkan, malaikat mencatat setiap gerak
perilaku kita setiap detiknya, tak hanya yang kita lakukan tapi mencatat juga
rekaman suara batin kita. Coba kita lihat kembali beberapa ayat dalam Al Qur’an
berikut, “(Yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya,
seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu
ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang
selalu hadir” (QS Qaf:17-18)
Al Hasan Al Bashri ketika membaca ayat (yang artinya), “(Yaitu)
ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah
kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri”, lalu ia berkata, “Wahai
manusia, telah dibentangkan padamu catatan amalan. Di sisi kalian ada dua
malaikat yang mulia yang satunya berada di sisi kanan, yang lainnya di sisi
kiri. Yang berada di sisi kanan, itulah yang mencatatat amalan kebaikan.
Sedangkan yang berada di sisi kiri, itulah yang mencatat amalan kejelekan. Jadi
beramallah semaumu. Baik sedikit maupun banyak, semuanya akan dicatat dalam
catatan amalanmu dan itu akan bersamamu di lehermu hingga engkau di kubur
sampai engkau keluar untuk dihisab pada hari kiamat."
Malaikat sangat amanah dan teliti dalam mencatat. Malaikat mencatat
semua ucapan dan perbuatan manusia, secara detail dan terperinci, baik yang zhohir
maupun batin. Allah berfirman, “Dan segala sesuatu yang telah
mereka perbuat tercatat dalam buku-buku catatan (yang ada di tangan Malaikat).
Dan segala (urusan) yang kecil maupun yang besar adalah tertulis.” (QS.
Qomar: 52-53)
“Dan diletakkanlah kitab,
lalu kamu akan melihat orang-orang bersalah ketakutan terhadap apa yang
(tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata: ‘Aduhai celaka kami, kitab apakah
ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan
ia mencatat semuanya.’ Dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada
(tertulis). Dan Rabbmu tidak menganiaya seorang jua pun.” (QS. Al-Kahfi: 49)
Tak hanya sekedar
dicatat, tapi kemudian catatan-catatan amal kita akan disimpan dalam sebuah
kitab catatan amal yang akan kita terima nanti di akhirat. Ketika kitab catatan amal dibagikan,
setiap umat berlutut di atas lutut mereka dan menanti panggilan untuk menghadap
Rabb semesta alam. Allah berfirman,“Dan (pada hari itu) kamu lihat tiap-tiap
umat berlutut. Tiap-tiap umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya.
Pada hari itu kamu diberi balasan terhadap apa yang telah kamu kerjakan.”
(QS. Al-Jaatsiyaat: 28).
Kemudian
kitab catatan amalnya dibentangkan dan dibuka di hadapannya. Lalu dikatakan
kepadanya, “Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai
penghisab terhadapmu.” (QS. Al-Isra’: 13-14)
Pada saat itulah semua manusia akan teringat apa yang dulu
telah ia lakukan. Semua telah tercatat dengan lengkap dan tidak ada error sedikit
pun. Dalam proses analisis statistika sebaik apapun metode dan secanggih apapun
teknologi softwarenya pasti ada errornya. Ini lah sebagai salah satu bukti
bahwa lemahnya pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki manusia karena Allah lah
Yang Maha Berilmu. Kitab catatan amal akan dibagikan kepada setiap orang, ada
yang diberikan dari sebelah kanan dan kiri.
“Adapun orang yang
diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia akan diperiksa dengan
pemeriksaan yang mudah, dan dia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman)
dengan gembira.”
(QS. Al-Insyiqaaq: 7-9)
Syaikh Muhammad bin Sholih al-‘Utsaimin rahimahullah
mengatakan bahwa setelah dihisab, ia kembali kepada sesama kaum beriman di
Surga dengan hati yang gembira. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengabarkan bahwa rombongan pertama yang masuk surga, wajah mereka seperti
bulan purnama. Ini menunjukkan kegembiraan hati mereka. Karena apabila hati gembira,
maka wajah akan ceria.” (Tafsiir Juz ‘Amma, hal. 114)
“Adapun orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah
kirinya, maka dia berkata: “Aduhai, alangkah baiknya kiranya tidak diberikan
kepadaku kitabku (ini). Dan aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku.
Wahai kiranya kematian itulah yang menyelesaikan segala sesuatu. Hartaku
sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku. Telah hilang pula kekuasaanku
daripadaku.”
(QS. Al-Haqqoh: 25-29)
Syaikh Muhammad bin Sholih al-‘Utsaimin rahimahullah
mengatakan bahwa mereka menerima kitab dengan tangan kiri kemudian tangannya
memelintir ke belakang sebagai isyarat bahwa mereka telah dulu di dunia telah
mencampakkan aturan-aturan Al-Qur’an ke belakang punggung mereka. Mereka telah
berpaling dari Al-Qur’an, tidak mempedulikannya, tidak mengacuhkannya, merasa tidak ada masalah bila menyelisinya dan
Allah berfirman, “…maka dia akan berteriak: “Celakalah aku…” yakni ia
berteriak menyesali dirinya. Akan tetapi penyesalan tidaklah berguna lagi pada
hari itu, karena habis sudah waktu untuk beramal. Waktu untuk beramal adalah di
dunia, sedangkan di akhirat yang ada hanyalah pembalasan. (Tafsiir Juz ‘Amma,
hal. 114)
Ramadhan tahun ini
sudah berlalu, semoga Ramadhan 1440 H ini banyak catatan amal kebaikan kita dan
semoga Allah istiqomahkan kita untuk terus beribadah padaNya. Mari percantik
kitab catatan amal kita dengan goresan tinta emas kebaikan dan ketaqwaan. Aamiin..
Mohon Maaf Lahir dan Batin...
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jibrîl ‘alaihissalâm datang seraya berkata,
‘Wahai Muhammad, hiduplah sesukamu karena sungguh engkau akan meninggal, cintailah siapapun yang engkau sukai karena sungguh engkau akan berpisah dengannya, beramallah sesukamu karena engkau pasti mendapat imbalannya.’.”
Minomartani, 1 Syawal 1440 H
@choir19cca
Referensi:
Materi I’tikaf Profetik 2019
Komentar
Posting Komentar