Bismillah..
Malam Ahad itu, saya masih menimang-nimang apakah jadi
ikut pergi besok pagi atau tidak. Ada agenda rihlah bersama beberapa
teman-teman di sebuah wisata alam (re:curug). Setelah berpikir, ahad pagi itu
akhirnya saya memutuskan untuk ikut. Sekitar pukul 06.30 WIB saya mulai bersiap
dan bergegas menuju tempat titik kumpul keberangkatan. Terlihat sudah ada
beberapa mobil angkutan umum yang sudah berparkir di halaman, namun masih
banyak yang belum nampak kehadirannya. Setelah sekitar setengah jam, kami mulai
berkumpul untuk bersiap dan berdoa. Sekitar pukul 8 pun akhirnya kami
berangkat. Bismillah..
Menikmati perjalanan bersama dengan angkutan kota
beserta AC alaminya, hehe. Teringat ketika jaman SD dulu, ketika bayar SPP
masih 7.500 rupiah. Saat masih duduk di bangku kelas 6 SD, sekolah saya
mengadakan piknik ke beberapa museum di Yogyakarta. Saat itu, kami mengendarai
angkutan umum. Mungkin satu angkot bisa berisi 15an anak. Saat perjalanan
menuju museum, angkot yang saya tumpangi ternyata tidak kuat untuk menanjak naik
melalui jembatan layang dan akhirnya kami pun harus mencari jalan lain yang
sedikit lebih jauh. Oke, balik lagi ke cerita tadi hehe.
Perjalanan di tempuh sekitar 1,5 jam mungkin, melewati
jalan-jalan yang mendaki. Alhamdulillah akhirnya kami sampai tujuan dengan
selamat. Kedatangan kami pun disambut dengan pemandangan banyaknya pohon-pohon
hijau di perbukitan disertai kumpulan monyet-monyet yang berkeliaran di tempat
itu. Banyaknya monyet berarti salah satu indikasi, alam masih nyaman dan aman
bagi mereka. Monyet-monyet itu pun segera menyambut kedatangan kami dengan
berlarian untuk mengambil sesuatu yang dapat mereka makan (*tapi nggak seganas
monyet-monyet di Bali yang suka ngambilin barang :p).
Kami pun bergegas mencari tempat yang nyaman untuk
berkegiatan selama di tempat itu. Duduk beralaskan banner-banner bekas,
dikelilingi pohon-pohon rindang, ditemani monyet-monyet yang berkeliaran dan
beratapkan langitNya yang indah. Agenda pun dimulai, perkenalan, makan siang,
sholat dzuhur berjamaah dan dilanjutkan games bersama. Setelah itu kami
melanjutkan perjalanan menuju curug. Ternyata perjalananya cukup melelahkan,
karena harus melewati banyak tangga, batu dan beberapa jalan setapak. Siang itu
langit cukup mendung memang dan baru setengah perjalanan hujan mulai turun.
Kami pun berteduh sejenak disebuah tenda warung. Setelah hujan reda, beberapa
rombongan ada yang memutuskan untuk kembali turun ke tempat semula dan ada juga
yang memutuskan untuk melanjutkan perjalanan untuk melihat curug. Saya pun,
termasuk dalam rombongan yang memilih untuk melanjutkan perjalanan menuju
curug.
Dalam perjalanan, ternyata banyak juga orang-orang
yang berjualan makanan dan minuman. Dalam benak saya, “Ya Allah, mereka luar biasa ya, menjemput rezekiNya dengan perjuangan
harus naik tangga, bawa barang-barang, bawa kompor, gas, dll.” Banyak juga
yang berkunjung saat itu, ada turis juga. Sempat juga saya berpapasan dengan
seorang bapak, beliau mengatakan pada saya, “kalau hujan, yang diatas (re:di curug) nanti disuruh turun”. Saya
pun melanjutkan perjalanan, hingga sampai di air terjun curug utama. Beberapa
dari kami pun, ada yang bermain air, mengambil foto dan melihat keindahan
curug.
Seteleh selesai berfoto ria. Saat itu saya berada
tepat dibawah curug bersama beberapa teman. Tiba-tiba saya mendengar suara
gemuruh, seketika pun air terjun itu turun dengan derasnya dan berubah menjadi
coklat. “Allahu Akbar.. Allahu Akbar..”,
sontak saat itu, saya langsung memegang tangan seorang mbak yang berada di
dekat saya saat itu dan segera berusaha melarikan diri. Segera saya mencari dan
memilih jalan bebatuan terdekat untuk menyelamatkan diri. Dari arah berlawanan,
sudah ada seorang bapak (re: bapak yang jualan minuman tepat disamping curug
itu) berusaha untuk menyelamatkan kami. Alhamdulillah kami berdua berhasil
menepi dan menghindari banjir bandang itu.
Shocked. Itu hal pertama yang saya rasakan, hanya istigfar dan
doa-doa yang bisa saya lakukan saat itu. Air mata pun tak terasa juga menetes,
karena saat itu pikiran saya adalah air bah ini bisa meluap dan menghayutkan
semua orang yang ada disini. Terlebih masih ada beberapa teman yang masih
terjebak ditengah-tengah arus yang terus menurus mengalir deras. Tapi,
Alhamdulillah semuanya berhasil di evakuasi bersama. Maafkan saya yang nggak
bisa membantu, karena saat itu saya benar-benar shock dan berpikiran air akan
naik ke permukaan. Namun, ternyata saya juga baru sadar, air itu akan mengalir
ke bawah (jadi ya nggak bakal meluap). Itulah pikiran kalau sudah panik. Air
masih mengalir cukup deras, beberapa jalan yang kita lewati tadi masih tertutup
oleh air. Sehingga, kami belum bisa kembali untuk turun ke bawah. “Tapi, tebing-tebing itu kan juga bisa
berpotensi untuk longsor”, pikirku. Sudah mulai pasarah saya saat itu.
Sambil mununggu tim evakuasi dengan kondisi kami yang
basah dan kedinginan, hujan pun sempat turun. Kami pun, berteduh di warung
tenda milik bapaknya. Bapak penjual itu pun segera bergegas untuk membereskan
dagangannya. Dalam hati saya, “Ya Allah
bapak ini tiap hari jualan minuman tepat dipinggir curug ini, sewaktu-waktu
banjir bisa melanda dan membahayakan nyawa bapaknya.” Terimakasih pak sudah
menolong kami, semoga Allah senantiasa menjaga bapak dan dimudahkan rezekinya.
Kami masih berteduh di tenda watung itu, salah seorang
mbak mengajak untuk baca Al Matsurat bersama. Entah kenapa, saat baca pun air
mata keluar juga, sambil melihat air yang masih mengalir deras dan dalam hati
berpikiran, “Ya Allah, jika memang Engkau
mau mengambilku saat ini minimal kalimat terakhir saya dengan membaca
ayat-ayatMu dan bersama mbak-mbak shalihah ini.” Mungkin Allah ingin
menunjukkan kepada saya bahwa, inilah salah satu indahnya ukhuwah bersama
sahabat sesurga InsyaaAllah. Memang disitu, saya juga menyadari bahwa betapa
pentingnya kita memperbanyak sahabat-sahabat shalihah. Saat kondisi musibah
seperti ini, ada yang mengingatkan dan menguatkan bahwa Allah lah satu-satunya
penolong kami. Belum selesai bacaan Al Matsurat kami, Alhamdulillah tim
evakuasi pun datang dan seorang mbak mengingatkan kami ,”Al Matsuratnya jangan putus..”
Pelan-pelan kami berjalan satu per satu mengikuti
instruksi tim evakuasi untuk melewati jalur evakuasi. Semua orang saling
bekerjasama dan membantu untuk melewati jalan dan arus sungai yang masih
lumayan deras. Bambu-bambu panjang pun digunakan untuk membantu menyebrangi
sungai. Ada beberapa teman yang kehilangan alas kaki, sehingga harus berjalan
tanpa alas kaki. Alhamdulillah, kami semua selamat kembali ke tempat semula. Sore
itu ternyata sudah lewat waktu Ashr, dengan kondisi kami yang basah dan lumpur
akhirnya kami memutuskan untuk mencari sebuah masjid untuk membersihkan diri
dan sholat Ashr. Kembali melanjutkan perjalanan pulang dengan selamat.
Ya Rabb, tidak
ada kejadian di dunia itu tanpa skenarioMu. Banyak juga pesan-pesanMu yang
Engkau sampaikan pada kami. Semoga dengan kejadian ini, kami semakin ingat
bahwa, tiada daya dan kekuatan kecuali dari Allah dan satu-satunya yang bisa
menolong kami adalah Allah. Semoga semakin mengingat bahwa kematian itu bisa
terjadi kapan saja, dimana saja dan dalam kondisi apa pun. Semoga semakin
menguatkan ukhuwah kami, untuk tetap berlomba-lomba dalam kebaikan dan
senantiasa memperbanyak amal shaleh serta teman-teman yang selalu mengingatkan
kita pada Allah. Semoga bisa mencapai cita-cita mulia kami yaitu mati di jalan
Allah dan bertemu kembali di surgaMu. Aamiin..
Komentar
Posting Komentar