Bismillah...
Entah
kenapa, rasanya ingin menuliskan saja (Allah yang menggerakkan jari ini untuk
menuliskannya). Alhamdulillah, bersyukur atas kesempatan yang telah diberikan
Allah untuk dapat bergabung dalam jalan dakwah ini. Dipertemukan dengan
orang-orang baik dan luar biasa dalam lingkaran kebaikan ini. Teringat sekitar 7 tahun yang lalu (ketika masih duduk di bangku SMA), pertama kali mengenal
mentoring dan juga organisasi Rohis. Berawal hanya untuk ikut-ikutan masuk organisasi
Rohis, supaya bisa belajar berorganisasi. Ikut mentoring pun karena memang
diwajibkan dari sekolah.
Namun,
waktu terus berjalan dan selama itu pun saya mengikuti ‘alur’ ceritaNya.
Qadarullah, di tahun-tahun berikutnya semakin banyak belajar dan berproses
untuk bisa berada dalam jalan kebaikan. Banyak warna warni dalam proses
belajar, yang mungkin jika dituliskan bisa jadi kumpulan cerpen, hehe. Tahun
2013 alhamdulillah saya sudah lulus dari bangku SMA. Hingga, suatu hari setelah
kelulusan saya ada seorang mbak yang berkunjung ke rumah. Masih teringat, waktu
itu siang hari dan mbaknya bawa lotis hehe. Kami pun diskusi dan sharing
bersama hingga berujung pada closerec penggurus KMA.
Tahun 2013,
di KMA perjalanan dan proses belajar dimulai. Saat itu saya masih menjadi staff
di Departemen AMI. Berproses dan terus belajar untuk memperbaiki diri. Sampai
pada suatu ketika, sekitar tahun 2014 ada sebuah ‘kejadian’ yang mengharuskan
saya harus memikul tanggung jawab yang cukup besar. Saat itu rasanya benar-benar
bingung harus bagaimana. Tetapi, harus yakin bahwa semua kejadian itu pasti
sudah Allah atur sedemikian rapi. Tinggal bagiamana cara kita untuk menyikapi
dan mengatasinya. Belajar dari kejadian itu pun, saya mendapatkan banyak hikmah
dan pelajaran. Hingga tahun 2016 saya masih berada di Departemen AMI.
Selanjutnya di tahun 2017-2018 ini saya beramanah di bagian Personalia.
Sekaligus sebagai tahun terakhir kepengurusan saya di KMA.
Alhamdulillah,
terimakasih mas, mbak dan temen-temen yang telah bersama-sama berjuang,
berproses dan belajar bersama dalam kebaikan ini. Banyak sekali pelajaran,
nasihat, hikmah, kritik dan saran yang saya dapatkan selama ini (yang mungkin
tidak akan didapatkan di bangku-bangku kuliah). Belajar bagaimana untuk saling
menghargai dan menghormati. Belajar bagaimana ilmu sabar dan khusnudzon pada
Allah, ketika banyak kegiatan yang tidak sesuai dengan target kita. Belajar
bagaimana memahami karakter dan kondisi seseorang, ketika kita sudah merasa
tidak pernah berkomunikasi. Belajar bagaimana untuk tetap istiqomah dalam jalan
kebaikan, meskipun kita hanya berjalan sendirian. Belajar bagaimana untuk
tawakal, ketika kita merasa belum maksimal dan ragu terhadap hasilnya. Belajar
bagaimana menjadi pribadi yang bisa mengutkan tekad dan niat, ketika kita
merasa banyak teman-teman yang mulai berguguran.
Sebab,
jalan dakwah ini memang bukan jalan yang mudah bukan? Kalau mudah, pasti semua
orang juga bisa melewatinya hanya dengan canda dan tawa. Jadi wajar, ketika
kita berada dalam jalan dakwah ini pastinya akan ada suka dan duka. Tabiat
jalan dakwah memang akan banyak rintangan, batu dan kerikil yang akan menerpa
kita. Itu bagian dari ujian keimanan/keistiqomahan kita, yang masih sangat
kecil jika dibandingkan dengan ujian yang dihadapi oleh Rasulullah. Istiqomah
dalam jalan kebaikan memang sulit, tapi apakah kita memilih akan berbelok dari
jalan ini? Tentu tidak kan. Jadi ketika, Allah telah tunjukkan kita sebuah
jalan kebaikan maka tetaplah berada disini. Bersyukurlah kita, sudah menjadi
orang-orang yang Allah pertemukan bersama teman-teman yang senentiasa berusaha
menjadi lebih baik. Bersama teman-teman yang mempunyai satu tujuan yang sama,
yaitu surgaNya.
Seperti
kata Ustadz Rachmat Abdullah, dakwah adalah cinta dan cinta akan meinta segalanya
darimu. Mungkin harta kita, jiwa kita, waktu kita, pikiran kita, ilmu kita akan
tercurahkan dalam jalan dakwah ini. Tetaplah berada dalam jalan dakwah ini,
meskipun terkadang kita merasa lelah, sakit, kecewa ataupun sedih. Sebab,
dakwah itu memang tidak menjajikan sebuah kenikmatkan duniawi, harta berlimpah
maupun popularitas. Tapi, yakinlah bahwa janji Allah itu pasti adanya. Seperti
yang tercantum pada QS Muhmmad : 7, salah satu janji Allah terhadap orang-orang
yang menolong agama Allah. Keyakinan pada Allah itulah, yang menjadikan pondasi
utama kita supaya bisa tetap istiqomah. Yakinlah, ketika kita mendahulukan
urusan dengan Allah maka urusan kita dengan manusia pun akan dipermudah.
Karena, yang memegang semua kendali di dunia ini adalah Allah. Sikap tawakal
juga harus senantiasa kita bangun. Jangan pernah merasa sia sia terhadap
kerja-kerja kita hanya karena ketidakberhasilan, tapi yang terpenting adalah “apakah kita bekerja ini sudah untuk Allah?”
“ataukah hanya sebatas menyelesaikan tugas saja?”. Teringat kata Aagym,
kalau kita melakukan sesuatu bukan untuk Allah, maka pasti kita akan merasa
cepat lelah.
Terimakasih
dan mohon maaf jika selama berinteraksi ada kesalahan yang disengaja ataupun
tidak. Barakallah, kepada teman-teman pengurus baru KMA periode 2018/2019.
Semoga keikutsertaan kita dalam barisan dakwah ini bisa menjadikan pemberat
amalan baik kita di yaumul mizan kelak. Semoga kelak kita bisa dipersatukan
kembali di surgaNya, sesuai dengan jargon KMA sekaligus menjadi cita-cita kita
semua yaitu bersaudara sampai surga. Bersabarlah, kita di dunia cuma
sebentar maka mari maksimalkan kebaikan bersama teman-teman yang baik dalam
lingkaran organisasi yang baik pula. Bukan tentang seberapa besar kontribusi
kita, tapi sudahkah kita niatkan kontribusi kita untuk Allah? Semoga dimudahkan
dan diberikan kekuatan oleh Allah dalam melanjutkan perahu dakwah KMA ini ya.
Aamiin...
Sleman, 06 Juni 2018
21 Ramadhan 1439 H
Komentar
Posting Komentar