Bismillah...
Setelah beristirahat dan merebahkan
tubuh di kasur hotel sebentar, akhirnya kami bersiap untuk melakukan perjalanan
lagi di Malaysia. Kunjungan pertama kami di PPWI (Pusat Pendidikan Warga
Indonesia) di Klang, Selangor, Malaysia. PPWI ini bertujuan untuk dapat
menyekolahkan putra-putri WNI yang berdomisili di Malaysia. Sekolah ini didirikan
oleh sepasang suami-istri kewarganegaraan Malaysia yang mempunyai keturunan
Bugis, Sulawesi Selatan yang peduli dengan nasib pendidikan anak Buruh Migran
Indonesia (BMI). Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) di Sekolah Indonesia
Klang ini tidak dapat dibuat secara resmi karena siswanya adalah anak TKI
Ilegal. Mereka masuk melalui jalur tikus dan ada juga yang lahir dan dibesarkan
di penempatan kerja.
Setibanya kami di PPWI Klang,
Sleangor langsung disambut hangat oleh pelukan dan senyuman siswa-siswi. Kami
pun menyapa, bercengkrama dan bermain bersama mereka. Hampir seluruh anak-anak
disana belum pernah menginjakkan kaki di negerinya sendiri (re:Indonesia).
Mereka sangat antusias dan bahagia sekali ketika kami berkunjung dan bermain
disana. Namun, karena terbatasnya waktu akhirnya kami terpaksa menyudahi
bermain dengan anak-anak yang lucu itu. Kami langsung menuju ruangan untuk
berbincang bersama Ibu Kepala Sekolah sekaligus penyerahan donasi buku.
MasyaaAllah, mendengar cerita dari
Ibu Kepsek tentang perjuangan mengajar disini membuat saya ‘speechless’. Beliau ini seorang wanita
hebat asli Surabaya yang mengabdikan dirinya sebagai kepala sekolah sekaligus
guru (cikgu), karena disini hanya ada 2 cikgu dimana harus mengajar semua kelas
dari tingkat SD-SMP. Terkadang ada juga mahasiswa dari Indonesia yang praktek
mengajar (PKL) disini.
Kondisi siswa disni, banyak
anak-anak yang masih buta huruf atau angka yang langsung didaftarkan oleh orang
tuanya sesuai dengan permintaan kelas dari orang tuanya tersebut (misal :
usianya sudah 10 tahun harus langsung masuk ke kelas 4 SD sesuai permintaan
orang tua, meskipun belum bisa baca tulis). Yaps, bisa kita bayangkan bagaimana
perjuangan para cikgu disana untuk mengajar berbagai siswa dengan kemampuan
yang berbeda-beda. Dari segi fasilitas pun masih kurang (buku, perlengkapan
belajar-mengajar, dll). Ohya, sekolah ini berada dibawah toilet dan tempat
wudhu sebuah masjid. Pernah suatu saat, toilet dan tempat wudhu masjid itu
bocor. Alhasil kelas pun banjir penuh dengan air najis dari masjid tersebut.
Target pengajaran disana ialah
supaya siswa-siswa itu bisa membaca, menulis dan berhitung. Dengan harapan
nantinya mereka bisa mempunyai skill untuk bekerja di Malaysia (re:tidak
bernasib sama dengan ortunya, karena masih ada juga ortunya yang masih buta
huruf/angka). Kurikulum disini masih menggunakan KTSP 2006, jadi kalau
temen-temen ada yang mau donasi buku mereka butuh buku-buku pelajaran dengan
KTSP 2006. Dengan kondisi cikgu yang hanya 3 orang dengan siswa-siswa yang
banyak dengan berbagai karakter, maka kuncinya harus ikhlas dan sabar selama
mengajar serta memiliki rasa perjuangan bahwa siswa-siswa itu mempunyai hubungan
ddarah dengan kita (darah Indonesia). Sebab, tidak sedikit para pengajar PKL
yang ikut mengajar disini sering tidak betah/tidak sabar dengan kondisinya.
Beliau mengatakan bahwa, “kalau mau cari
duit atau kaya ya nggak disini, tapi kalau mau cari surga ya disini”. Itu
kalimat yang membuat hati saya langsung ‘deg’.
Membuat saya untuk kembali mengingat terkait apa orientasi hidup ini, apa yang
kita kejar di dunia ini? apa yang kita cari? Yang nantinya kita semua akan
‘pulang’ dengan perbekalan masing-masing. Semoga Allah selalu menguatkan
cikgu-cikgu dan anak-anak disana. Kalau ada yang berminat membantu, mereka
lebih membutuhkan fasilitas (buku, perlengkapan mengajar,dll) bukan uang.
Setelah banyak belajar di PPWI Klang
tersebut kami melanjutkan perjalanan. Tujuan awalnya ialah berkunjung ke IIUM (International Islamic University of Malaysia),
namun qadarullah karena alasan waktu yang mepet akhirnya langsung melanjutkan
kunjungan ke KBRI Kuala Lumpur. Semoga besok diberikan kesempatan untuk bisa
berkunjung ke IIUM. Di KBRI kami melakukan diskusi bersama pihak atase
pendidikan. Kami berdiskusi terkait kondisi pendidikan yang ada di PPWI. Memang
masalahnya kalau di runut sangat kompleks, dari pihak KBRI pun juga telah
mengusahakan berbagai solusi. KBRI Kuala Lumpur merupakan KBRI yang paling
sibuk, sebab penduduk WNI paling banyak berada di Malaysia. Disisi lain, kita
sebagai pemuda juga harus ikut andil dalam proses menyelesaikan berbagai
permasalahan yang ada dengan butuh dukungan dari pihak pemerintah.
Perjalanan pun dilanjutkan menuju KL
Gallery Twin Tower dan Central Market Malaysia. Menuju gedung kembar sebagai
salah satu iconic di Malaysia. Yaps, malam hari terlihat begitu indah cahaya
yang memancar dari gedung kembar itu. Ramai sekali orang-orang disini hanya
untuk berswafoto ria, termasuk kami semua haha. Di dalam Twin Tower ada juga
mall yang cukup besar disana, tapi kami hanya numpang sholat dan ke toilet
hehe. Setelah berfoto ria di Twin Tower, kami melanjutkan perjalanan menuju
Central Market untuk membeli oleh-oleh. Salah satu tujuan saya yaitu beli
coklat dan m*lo wkwk. Alhamdulillah selesai juga perjalanan di Malaysia dan
kami harus bersiap langsung melanjutkan perjalanan ke Thailand melalui jalur
darat (a.k.a naik bus) yang memakan waktu sekitar 9 jam. See you in Thailand...
^__^
B e r s a m b u n g . . .
#Youth4Movement2018
#Youth4MoveSick
#MyFirstTrip
#MyJourney
#Malaysia #Singapore #Thailand
Komentar
Posting Komentar