Bismillah...
Setelah mendarat dan beristirahat di Hotel,
pagi hari kami melanjutkan perjalanan meunuju Singapura melalui perjalanan
darat (alias naik bus). Sebelumnya, kamu menuju imigrasi Malaysia untuk keluar
dari wilayah negara Malaysia (jadi wira wiri terus). Selama perjalanan kami
mempersiapkan dan mengisi white card
untuk masuk ke kantor imigrasi Singapura. Dari pihak travel sudah membrefing
kita terkait tata tertib yang ada di Singapura. Diceritakan bahwa imigrasi
Singapura termasuk yang sangat ketat, tidak boleh membawa permen karet (entah
apa alasannya, mungkin dikira narkoba atau termasuk sampah yang susah
dibersihkan), sebab membuang sampah semabarang saja disana didenda $500. Meludah
sembarangan juga nggak boleh, nanti bisa didenda juga.
Sesampainya di kantor imigrasi Singapura,
semua penumpang segera turun dari bus sekaligus membawa kopernya masing-masing.
Terlihat langsung ada 2 orang polisi langsung masuk bus sambil membawa senter
untuk mengecek apakah ada penyelundupan atau apa, sangat ketat. Seperti yang
disampaikan pihak travel, bahwa ada kemungkinan nanti bakalan ada yang ditahan
untuk diintrogasi. Yaps, benar. Beberapa laki-laki ada yang ditahan untuk
diinterogasi (seringnya laki-laki, mungkin karena takut membawa narkoba dll). Selain
itu tekadang nama-nama yang Islami juga bisa ditahan untuk diinterograsi
(takutnya teroris mungkin), ya begitulah Islamphobia -___- . (sedih)
Setelah beres dari urusan kantor imigrasi
Singapura, akhirnya kami melanjutkan perjalana untuk menjemput guide tour dari
Singapura. Pertama kali masuk dan melihat negara Singapura itu sangat bersih,
rapi, tertib dan modern. Udah kayak kota-kota di kartun-kartun (dunia animasi) mungkin,
hhe. Disini pejalan kaki sangat diprioritaskan, sehingga ada traffic light untuk pejalan kaki. Tata kota
nya sangat rapi dan banyak gedung-gedung tinggi. Katanya sih, disini tinggal
ada satu desa sebab lainnya udah kota dan bangunan modern nan elite.
Destinasi pertama kami yaitu menuju Merlion
Park salah satu icon negara Singapura. Qadarullah, Merlionnya sedang dikurung
nggak kelihatan (sedang direnovasi dan dibersihkan). Jadi belum bisa melihat
dengan jelas dan berfoto, semoga suatu saat diberikan kesempatan lagi kesini,
Aamiin. Sehingga, kami berfoto disekitar danaunya yang tak kalah bagusnya juga.
Selanjutnya dilanjutkan menuju Garden by the Bay, semacam taman bunga dan
tanaman-tanaman lainnya. Hanya diberikan waktu beberapa menit untuk berswafoto
dan foto bersama disekitarnya. Disana ada beberapa tanaman dan pohon yang indah
dan dihiasi oleh lampu-lampu cantik (karena pas siang, jadi nggak nyala haha).
Merlion Park |
Foto Bersama di Gardens by the Bay |
Dilanjutkan menuju Urban Redevelopment Authority Center
(URA), semacam tempat penjelasan tentang perencanaan serta miniatur tata kota
negara Singapura sejak zaman dahulu, sekarang dan masa depan. Didalamnya terdapat
maket negara Singapura, penjelasan tata kotanya, sistem perairannya,
arsitekturnya melalui teknologi tools interaktif yang modern. Semua warga
seolah berhak mengetahui negaranya itu mau dibangun seperti apa dan bagaimana
secara detail. Dari URA ini kami belajar bahwa, negara Singapura tidak memiliki
SDA maka SDM yang dimaksimalkan. Itulah kenapa
mereka tidak memandang kelemahn, tapi justru memaksimalkan potensi yang bisa
dilakukan. Selain itu, disini juga banyak anak-anak sekolah yang diajak oleh
gurunya untuk belajar terkait master plan negaranya sendiri. Sehingga, sejak
kecil mereka sudah belajar tentang perencanaan negara sejak dini. Negara yang
nggak abadi aja direncanakan, masa’ akhirat yang abadi nggak kita rencanakan
sejak dini ? (*ngomong sama kaca).
Maket Negara Singapore di URA |
Miniatur Bangunan di URA |
Setelah itu kami mengunjungi ke Muhammadiyah Islamic
College di Singapura. Awalnya, baru tahu ternyata di Singapura ada Muhammadiyah juga. Muhammadiyah
Islamic College Singapore yang sudah berdiri tahun 2000 dan terdapat 4 jurusan.
Disambut oleh Dr.Syaifuddin Amin, selaku Dean of College. Beliau menyampaikan
terkait kondisi dan perkembangan Islam di Singapura. Islam di Singapura
merupakan agama minoritas. Beliau menyampaikan berdasarkan data pada 2010,
penduduk muslim di Singapura sebesar 14,9%, atheis sebesar 17% dan mayoritas agama Budha sebesar
33,3%. Sedangkan etnik China menempati posisi tertinggi di Singapura yakni
sebesar 74,1%, disusul Melayu sebesar 13,4% dan India sebesar 9,2%.
Muhammadiyah Islamic College di Singapura |
sambutan oleh Dr.Syaifuddin Amin, selaku Dean of College |
Namun, berdasarkan pemaparan data yang
disampaikan ada hal yang cukup membuat sedikit tercengang. Dari data ststistik
tahun 2000 dan 2010 presentase atheis justru meningkat sebesar 3,2% yaitu dari
14,8% pada tahun 2000 meningkat menjadi 17,0% pada 2010. Alhamdulilah agama
Islam juga mengalami kenaikan meskipun belum signifikan yakni sebesar 0,2%. Beliau juga bercerita, pernah bertemu dengan
orang atheis di bus. Ketika bus itu mengerem mendadak dan orang atheis itu
spontan langung berucap, “oh my god”.
Dari kejadian itu, beliau mengatakan bahwa sejauh apapun manusia meniadakan Tuhan,
dia pasti akan kembali padaNya dalam kondisi sempit.
Statistik Penduduk dan Agama di Singapura |
Berdasarkan data peta dunia yang disampaikan
oleh Dr.Syaifuddin Amin, Singapura termasuk
negara sekuler dan Indonesia masih dalam keadaan abu-abu (ambigu antara sekuler
atau religius). Meskipun termasuk negara yang sekuler, namun
masih memberikan toleransi dan ruang gerak terhadap agama Islam yang minoritas
di Singapura. Terbukti yaitu, pada tahun 1966 parlemen mengesahkan Administration
of the Muslim Law Act (AMLA). Undang undang yang mulai berlaku pada tahun
1968 tersebut menetapkan kewenangan dan yurisdiksi tiga lembaga Islam,
yaitu Islamic Religious Council of Singapore atau Majelis Ugama
Islam Singapura (MUIS) badan yang memiliki peran penting dalam urusan agama
Islam, Syariah Court atau Pengadilan Syariah memiliki kewenangan
untuk mendengarkan dan memutuskan perselisihan yang berkaitan dengan pernikahan
dan kasus perceraian bagi pemeluk Islam dan Registry of Muslim
Marriages (ROMM) bertugas mencatat pernikahan pasangan muslim
(keduanya muslim).
Dari segi pendidikan,
Islam sudah bisa mendapatkan tanah dan mendirikan sekolah-sekolah (TK, SD, SMP,
SMA dan PT) dengan banyak ‘campur tangan’ perjuangan ulama-ulama dari Indonesia
khususnya dari Padang, Sumatera. Salah satunya ialah Muhammadiyah Islamic
College tersebut, dimana mayoritas mahasiswanya dari Indonesia yang menjadi domestic worker di Singapura. Sehingga,
mereka setelah pulang dari Singapura justru memiliki bekal ilmu, skill dan
bahasa untuk bekerja. Inilah salah satu bentuk kontribusi untuk membangun
Indonesia, meskipun berada di luar negeri.
Peraturan hukum dan Quality Control (QC) di Singapura
sangatlah ketat. Salah satu contohnya, untuk mendirikan sebuah lembaga
pendidikan Islam harus sesuai dengan peraturan yang ada. Seperti, struktur
bangunannya harus sesuai SOP, setiap ruang kelas harus ada 3 jendela kecil, ada
pemadam kebakarannya, pintu harus kuat, pemasangan kabel yang sesuai dan lain
sebagainya. Ada pengujian bahan bangunan juga, sehingga di Singapura ini jarang
ada jalan yang rusak. Selain itu ada pengecekan bahan ajar, buku, kurikulum dan
pengajar. Meskipun ada beberapa buku yang dilarang beredar, namun Alhamdulillah
Islam masih bisa berkembang di negara sekuler ini. Sebab, Islam tetap akan
mulia dan berjaya dengan ada atau tidaknya kita. Selain itu, karena QC yang
sangat bagus beliau mengatakan bahwa Halal disinis lebih valid dibandingkan
dengan di Indoneisa.
Dari segi
sosial, sudah ada sekitar 10 Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Islam yang berperan
penting dalam agenda-agenda riil di masyarakat. Seperti Rumah Kebajikan
Muhammadiyah yang diperuntukkan untuk membina dan mengurus orang-orang yang
terkena kasus hukum. Muslim Converts Association (Darul Arqam)
untuk pembinaan para mualaf serta ada lembaga kursus untuk membaca Al-Qur’an
untuk para domestic
worker. Adanya LSM Islam ini
pastinya terus diperjuangkan agar Islam dapat menjadi
nafas kehidupan masyarakat Singapura. Selain itu, dari segi ekonominya dengan
adanya bisnis travel umroh.
Dalam pemerintahan terdapat seorang mufti
yakni seperti menteri Islam di Singapura. Sehingga, ketika ada acara kenegaraan
maka pembacaan doa dilakukan oleh perwakilan dari semua agama dan Islam mendapatkan urutan pertama untuk
berdoa. Selain itu, peraturan di Singapura sangat tertib. Salah satunya yaitu,
adanya sertifikasi untuk ulama yang digunakan untuk menentukan apakah ulama berhak
atau tidak untuk berceramah di atas mimbar-mimbar masjid. Disini mayoritas
Mahzab Syafi’i, tapi ada juga beberapa yang Mahzab Imam Abu Hanifah.
Sebagai bentuk toleransi terhadap agama lain,
dari 26 masjid yang ada di Singapura hanya ada 1 masjid yang diperbolehkan
untuk mengkumandangkan adzan yaitu Masjid Sultan. Namun ternyata hal itu tidak
menurunkan semangat kaum muslim di Singapura untuk bersegera menunaikan sholat
berjamaah di masjid. Sebab, di Singapura ini jika sholat berjamaah minimal
mencapai 3 shaff. Apa kabar di Indonesia? Yang merupakan negara dengan penduduk
muslim terbesar.
Tak cukup hanya
sekadar menghakimi, mengkritisi dan mengeluh tentang kondisi Indonesia saat
ini. Mari bersama-sama bergerak untuk memperbaikinya dari hal-hal yang kecil. Pemuda
pasti memiliki banyak potensi dan cita-cita yang mulia. Memaksimalkan setiap
potensi yang kita miliki untuk berkontribusi membangun dan merawat Indonesia.
Tak perlu berpikir dan khawatir tentang bagaimana nanti hasilnya. Seorang ulama
pernah mengatakan bahwa, “bukan tentang
menang atau kalah dalam berperang, tetapi apakah kita ikut dalam barisan
perangnya atau tidak?”. Hassan Al Banna juga mengatakan bahwa,“pemikiran akan mungkin berhasil
diwujudkan manakala kuat rasa keyakinan kepadanya, ikhlas dalam berjuang di
jalan-Nya, bersemangat dalam merealisasikannya, siap beramal dan berkorban demi
menjelmakannya.”
Meyakini bahwa ketika
memperjuangkan kebaikan, maka buah kebaikan akan kita petik dan nikmati nantinya.
Manfaatkan dan maksimalkan usia muda kita untuk terus bergerak dan berjuang
dalam jalan kebenaran. Jadilah seperti jantung yang tak terlihat, tetapi terus
berdenyut setiap saat hingga kita hidup, berkarya dan menebar manfaat untuk
sekitar dan akan berakhir jika kita sudah
pulang ke jannahNya. InsyaaAllah. Jangan pernah lelah dan menyerah untuk
berjuang dalam kebaikan.
Melanjutkan destinasi meunuju
Universal Studio Singapore sambil berswafoto bersama di depan bola dunia. Mungkin
kalau di Indonesia semacam Trans Studio, hehe. Uniknya disini, tempat parkir
bawah tanah yang sangat luas. Mungkin untuk memaksimalkan fungsi karena
keterbatasan tempat. Sebab, selama seharian di Singapura itu rasanya jalannya
muter-muter lewat situ-situ aja. Negara kecil tapi bisa memaksimalkan potensi
SDM meskipun nggak punya SDA. Makanya banyak orang Indonesia yang dikasih
beasiswa untuk sekolah disana.
Eskalator dari parkiran menuju Universal Studio |
Universal Studio |
Terakhir, menuju Masjid Sultan
Singapore untuk sholat Maghrib dan Isya. Satu-satunya Masjid yang boleh
mengumandangkan adzan lewat pengeras suara. Masjidnya bagus, indah dan bersih. Meskipun nggak jadi ke NUS karena beberapa alasan, namun sudah lumayan lega
dengan cerita dan perjuan dakwah Islam disana. Kata
Dr.Syaifuddin Amin kalau mau merasakan
indahnya Islam di Singapore, bisa datang pas bulan Ramadhan. Semoga Allah berikan kesempatan lagi berkunjung
ke Singapore untuk menikmati Islam yang rahmatan lil’alamin. Setelah itu kami
melanjutkan perjalanan pulang menuju hotel di Kuala Lumpur, Malaysia. See you
next day... ^_^
Masjid Sultan Singapore |
B e r s a m b u n g . . .
#Youth4Movement2018
#Youth4MoveSick
#MyFirstTrip
#MyJourney
#Malaysia #Singapore #Thailand
Komentar
Posting Komentar