Hari-hari menjelang ujian skripsi,
saya fokus belajar dan berdoa. Dua hari sebelumnya, saya sempat bertanya
kembali terkait kepastian jadwalnya. Hasilnya, ada kemungkinan mundur karena
ada salah satu dosen yang tidak bisa (dosen yang dari prodi matematika). Hmh...
disitu saya antara tenang dan cemas karena saya merasa belum siap total. Tapi,
pagi tanggal 12 September 2017 saya mencoba menghubungi jurusan untuk
memastikan apakah jadwalnya tetap besok atau ditunda. Pagi itu pun, ada balasan
WA masuk “fix jadi besok pagi mbak jam
08.00 WIB di ruang sidang 1”. Entah
kenapa, rasanya mendengar itu langsung panas dingin. Langsunglah saya mencoba
menenangkan diri untuk mengambil air wudhu dan sholat. Alhamdulillah lebih
tenang... Segera saya mengabari orang tua pagi itu juga dan juga meminta doa.
Mengabarkan juga pada temen-temen seangkatan statistika 2013 dan beberapa temen
saja (yang tidak memungkinkan hadir, hhe). Saya memang tidak ingin mengabarkan
kepada temen-temen lain, karena takut hasilnya justru mengecewakan mereka yang
hadir nantinya. (karena hasilnya bisa lulus/tidak lulus). Mohon maaf nggih
temen-temen yang tidak saya kabari (semoga mengerti) hehe.
Mulai saya siapkan hal-hal yang
diperlukan untuk persiapan sidang skirpsi esok hari. Salah satunya menyiapkan
baju putih. Entah mengapa, saya menyiapkan 2 kemeja putih dan saya gantunggkan
di kamar. Dalam hati saya, “kenapa saya
ngeluarin baju putih 2? Ya Allah semoga ini bukan pertanda kalau saya harus
ngulang sidang...”. Tapi, saya tak lagi menghiraukan hal tersebut. Saya
fokus kembali untuk belajar dan berdoa meminta pertolonganNya. Hanyalah Allah
SWT sebaik-baik penolong. Malam itu, saya berusaha lebih dekat untuk
bercengkrama dengan kitabNya (Al Qur’an). Memperbanyak dan mengulang-ulang
terus QS Ar Rahman dan QS Al Fath, sambil senantiasa berdzikir.
D-Day, pagi hari pun telah datang.
Rabu, 13 September 2017. Mungkin memang benar kata sebagian temen-temen, saya
pagi itu jadi gak doyan sarapan hehe (hanya beberapa suap saja). Bismillah,
pagi itu saya berpamitan dan minta doa restu, berangkat diantar. Sesampainya di
kampus, kampus masih sepi dan petugasnya pun belum hadir. Sebelum masuk
ruangan, saya sholat dhuha terlebih dahulu di mushola kecil itu sendirian.
Meminta pertolongan Allah supaya diberikan kekuatan dan kemudahan.
Singkat cerita, dosen penguji mulai
datang satu per satu. Dua dosen penguji dan dosen pembimbing sudah hadir.
Akhirnya, ketua tim penguji memutuskan untuk memulai sidang skripsinya.
Bismillah... presentasi dimulai. Namun, satu dosen penguji belum juga hadir di
dalam ruangan. Selain itu, dosen pembimbing saya izin untuk keluar meninggalkan
ruangan (saya nggak tau jelas, ini izinnya bentar atau bagaimana).
Alhamdulillah, presentasi sudah
selesai saya sampaikan (disini sudah sedikit lega). Dilanjutkan dengan tanya
jawab untuk penguji pertama (dari dosen matematika). Lumyan banyak
pertanyaan-pertanyaan, beliau sangat detail terutama terkait BAB II (dasar
teori). Pertanyaan-pertanyaan dan revisi terkait definisi-definisi matematis.
Namun, dipertengahan tanya jawab (ya sudah sekitar ¾ pertanyaan lah).
Tiba-tiba, ketua tim penguji melakukan interupsi. Kurang lebih, beliau
mengatakan begini
“Interupsi. Begini, karena kondisinya satu dosen pengujinya tidak bisa
hadir (alternatif lain beliau meminta untuk saya presentasi sendiri) dan juga
dosen pembimbingnya juga tidak ada. Jadi, bisa dikatakan bahwa sidang skripsi
ini dinyatakan tidak lengkap. Oleh karena itu, mohon maaf sidang skripsi ini
ditunda hingga nanti waktu yang disepakati. Besok tidak usah presentasi,
tinggal melanjutkan tanya jawab saja. Mohon maaf ya mbak”
Qadarullah, sempat dalam hati saya
merasa “..deg..”. Namun, saya mencoba
menguatkan hati saya kembali bahwa ini semua sudah dalam rencanaNya. Kemudian,
dosen penguji keluar meninggalkan ruangan. Temen-temen yang sedang menonton pun
ikut dikagetkan dengan keputusan tersebut (yang mungkin belum pernah kita dengar
keputusan seperti itu). Tapi, mereka terus memberikan saya semangat dan
motivasi. Alhamdulilah, saya merasa tenang atas keputusan itu, tidak ada rasa
penyesalan atau sedih. Akhirnya saya membereskan semua alat-alat presentasinya
dan bersiap untuk keluar ruangan.
Tiba-tiba, dosen pembimbing saya
masuk ruangan dan bertanya “ini... sudah
selesai atau bagaimana?” dengan nada bingung. Kemudian saya mendekati
beliau di pintu masuk dan menceritakan kronologis yang terjadi. Kami sama-sama
sempat diam beberapa saat karena bingung hhe. Saya sebagai mahasiswa biasa juga
tidak bisa berbuat apa-apa. Kemudian, dosen pembimbing saya berkomunikasi
dengan petugas jurusan terkait hal ini. Temen-temen juga ramai melakukan
analisanya masing-masing hehe. Yaps, kemungkinan ada sedikit miiskom. Ya
sudahlah, semua yang terjadi sudah dalam skenarioNya. Pasti ada hikmahnya, yang
penting yakin aja sama Allah.
Akhirnya, saya segera mengabari orang
tua terkait hal ini sambil bersiap pulang. Saya pulang naik grab untuk pertama
kalinya. Sambil menunggu sopir grabnya, dosen penguji saya (yang tadi gak bisa
hadir) ternyata ada dikampus. Tapi, kita harus khunudzon. Mungkin beliau memang
waktu jam tadi ada agenda yang lebih penting. Keep calm. Karena kita kan nggak
pernah tahu kepentingan dan masalah mendadak yang menimpa setiap orang.
Alhamdulillah, sopir grabnya pun datang (makasih muti yang udah mesenin grab
car via hp mu , hhe). Dalam perjalanan pulang, bapak sopirnya cerita-cerita.
Nanya-nanya tentang kuliah semester berapa mbak, jurusan apa dan lain-lain. Sampailah
saya bercerita kalau hari itu ialah hari sidang pendadaran namun ditunda dan
beliau mendoakan “..semoga besok
dimudahkan dan dilancarkan ya mbak”. Aamiin. Jangan pernah menyepelekkan
sebuah doa, karena kita nggak pernah tau doa siapa yang diijabah.
Sesampainya dirumah, ibuk nelpon dan
nanya gimana ceritanya kok bisa ditunda dan saya ceritakan kejadiannya. Semua pasti
ada hikmahnya, Allah yang telah mengatur semuanya. Kita hanya bisa berencana
namun Allah lah yang berhak memutuskan, sebab semua itu berada di dalam
genggamanNya. Bahkan, hati sesorang pun dalam genggaman Allah. Ketika masuk
kamar, melihat masih ada satu kemeja putih saya yang masih tergantung dalam
kamar. Dalam hati saya, “apakah itu
pertanda bahwa memang cerita perjalanan sidang skripsi saya seperti ini? Harus dua
kali ujian (alias sidang lanjutan)”. Tapi, sudahlah, anggaplah ini sebuah
ujian saya sebelum ujian skripsi hhe. Ada yang bilang kalau seseorang sedang
diuji, berarti Allah sedang menyapa hambaNya. Mungkin saya masih kurang dekat
denganNya selama ini, masih banyak dosa, masih kurang persiapannya, masih
kurang belajarnya, masih kurang doa dan usahanya.
Menjelang penantian jadwal sidang
lanjutan skripsi, saya sambil menyiapkan kembali untuk belajar lagi. Mencari jawaban
beberapa hal yang belum sempat bisa saya jawab kemarin. Perbanyak doa dan
dzikir. Alhamdulillah, saya pun tidak merasa cemas atau gelisah atas kejadian
ini. Sebab saya sudah yakin bahwa Allah pasti memberikan yang terbaik untuk
hambaNya. Tinggal, bagaimana kita bisa yakin seyakin-yakinnya sama Allah dan
bersabar dalam menghadapi ujian.
bersambung...
Plosokuning, 22 Oktober 2017
01 Shafar 1439 H
Komentar
Posting Komentar