“Kelak,
kalian akan mengikuti cara hidup kaum sebelum kalian. Sehasta demi sehasta,
sedepa demi sedepa…” (HR Bukhari)
Nampaknya hadist diatas
sudah dapat kita lihat melalui kondisi generasi muda saat ini. Tidak sedikit
generasi muda saat ini yang sudah ‘berkiblat’ dengan gaya hidup negara-negara
barat. Berbagai macam budaya barat seperti gaya busana, makanan, musik, film dan teknologi seakan sudah menjadi
‘sarapan’ pemuda sehari-hari. Berakibat pada terjadinya degradasi moral, berbagai
permasalahan kaum muda seperti freesex,
tindak kriminal dan tawuran juga sudah menjadi berita ‘rutin’ di berbagai media
cetak maupun elektronik. Hal ini sangat menyedihkan, pasalnya generasi muda
mempunyai posisi penting dalam proses regenerasi suatu masyarakat atau bangsa.
Masa muda dapat dikatakan
sebagai lambang kekuatan, kekuasaan dan energi. Kondisi dimana pemuda memiliki
potensi dan kemampuan fisik, mental dam intelektual serta moral seseorang
berada dalam tingkat yang optimal. Generasi mudalah yang nantinya akan
menyambut estafet kepemimpinan suatu bangsa. Dengan potret keadaan generasi
muda yag telah disebutkan tersebut, menjadi pesimis untuk mewujudkan bangsa
Indonesia yang lebih baik. Terlebih Indonesia diprediksi akan mengalami bonus
demografi pada tahun 2020-2030.
Bonus
Demografi kondisi dimana penduduk dengan umur produktif sangat
besar sementara usia muda semakin kecil dan usia lanjut belum banyak. Jumlah
usia produktif (15-64 tahun) pada
2020-2030 akan mencapai 70 persen, sedangkan sisanya 30 persen adalah penduduk
yang tidak produktif (di bawah 15 tahun dan diatas 65 tahun ). Dilihat dari
jumlahnya, penduduk usia produktif mencapai sekitar 180 juta, sementara
nonproduktif hanya 60 juta. Kondisi ini dapat menjadi sebuah kesempatan emas
ketika kondisi generasi mudanya tak sekadar produktif namun juga berkualitas.
Tampaknya
masa muda menjadi waktu yang sangat nikmat dan membuat orang menjadi lalai akan
kewajibannya sebagai hamba Allah. Banyak orang justru menikmati waktu mudanya
bersenang-senang nikmat dunia yang
sementara. Ibnu ‘Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Manfaatkan lima perkara sebelum lima
perkara :waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu, waktu sehatmu sebelum
datang waktu sakitmu, masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu, masa
luangmu sebelum datang masa sibukmu, hidupmu sebelum datang kematianmu.”
(HR. Al Hakim)
Bedasarkan hadist tersebut
dapat menjadi pengingat kita untuk dapat memanajemen waktu dengan baik, sebab
waktu terus berjalan, tidak bisa diulang ataupun ditunda. Waktu ibarat sebuah
pedang, ketika kita bisa menggunakan dengan baik maka insyaaAllah akan
menghasilkan hal yang baik, sedangkan jika kita salah menggunakan pedang
tersebut maka ia dapat ‘membuuh’ diri kita sendiri. Selain itu menjadi
pengingat kita untuk senantiasa memanfaatkan waktu muda untuk melakukan amal
ibadah secara maksimal, karena sejatinya kita sebagai muslim ditugaskan untuk
beribadah sebagai bekal ke akhirat. Seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur’an,
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia
dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang
serendah-rendahnya. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.” (QS. At Tiin [95] :
4-6)
Dalam Al-Qur’an sudah
dijelaskan mengenai kewajiban kita sebagai seorang muslim. Allah telah
memberikan kita penglihatan, pendengaran dan hati. Semua nikmat yang telah
Allah berikan sudah seharusnya kita syukuri dengan mengoptimalkannya dalam
kehidupan kita sehari-hari di dunia ini untuk investasi akhirat. Mengingat
Indonesia sekitar 4-5 tahun lagi akan mengalami bonus demografi (jumlah
penduduk produktif 2/3 dari total peduduk), jika penduduk Indonesia hanya hidup
produktif saja menjadi hal yang sia-sia karena seakan mencari investasi dunia.
Padahal investasi akhirat merupakan hal yang paling utama, salah satunya ialah
menjadikan hidup yang berkualitas. Hidup yang berkualitas itu menjadi insane
kami yang survive menghadapi hidup
melalui kenikmatan yang diberikan Allah kepada manusia. Allah mengkaruniakan 3
hal kepada manusia yaitu daya pikir, daya dzikir/qalbu dan daya fisik.
Allah telah mengkaruniakan
manusia berupa akal/daya pikir yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya
(ex:binatang,tanaman). Menggunakan akal/pikiran kita untuk mempelajari
ilmu-ilmu Allah karena sejatnya ilmu Allah itu sangatlah luas. Allah pun juga
memudahkan jalan ke surge bagi orang-orang yang menuntut ilmu.Sebagai seorang
pelajar/pembelajar harus terus haus akan ilmu sebab belajar merupakan sebuah
kewajiban setiap muslim dan sebagai ibadah kita kepada Allah. Meskipun kita
sering dilanda rasa malas dalam belajar, maka kalahkan rasa malas itu. Seperti
yang dikatakan oleh Imam Syafi’i, “Jika
kau tak tahan lelahnya belajar, maka kau akan menanggung pahitnya kebodohan”.
Bahkan tidak jarang pula kita merasa putus asa saat belajar, tetapi ingatlah
janji Allah yaitu bersama kesulitan pasti ada kemudahan.
Selain itu Allah juga
memberikan manusia hati/qolbu yang dapat memfilter hal-hal kebaikan dan keburukan
yang ada. Hati sebagai indera perasa ini dibagi 3 jenis berdasarkan kondisi
hatinya. Pertama, qolbu salim (hati yang selamat) yaitu hati yang senantiasa
berdzikir kepada Allah sehingga hatinya menjadi terang. Kedua, qolbu maarid (hati
yang berpenyakit) merupakan hati yang dipenuhi oleh rasa takabur, egois, nakal,
galak, iri dan licik yang mengakibatkan hati yang resah dan gelisah. Ketiga,
qolbu mayiit (hati yang sudah mati) merupakan hati yang sudah ‘mati’ sebelum
orang itu meninggal sesungguhnya, hati yang benar-benar sudah jauh dari rasa
dzikir. Sehingga, kita harus menjadi manusia yang kaya hati (qolbu salim)
supaya hati ini bisa menjadi sumber kebenaran dalam kita melangkah di kehidupan
sehari-hari. Seperti hadis Rasulullah Saw,
laisal ghina’an katsratil ‘aradh wa lakinnal ghina ghinannafs (yang kaya
itu bukanlah yang banyak harta, yang kaya itu hakikatnya yang kaya hati).
Selain itu, kita bersyukur
Allah telah memberikan fisik/badan yang sehat. Semasih diberikan kesehatan dan fisik
yang sempurna sudah selayaknya kita gunakan sebagai penunjang atau pendukung
dalam kita melaksanakan ibadah kepada Allah. Tentunya, sebagai salah satu
bentuk rasa syukur ialah dengan berolahraga sebagai usaha kita dalam menjaga
titipan Allah. Selain itu, salah satu pengoptimalkan fisik kita yaitu dengan
bekerja keras dalam segala hal kebaikan, karena kerja keras adalah bukti
kesempurnaan iman seorang.
Allah Maha Pemberi dan Maha Pemilik Segalanya, Allah
telah memberikan begitu banyak nikmat kepada kita. Sekarang, tinggal bagaimana
kita mensyukuri nikmat Allah itu dengan mengoptimalkan dalam setiap langkah
kebaikan di dunia sebagai investasi akhirat. Terkhusus masih berstatus sebagai
pemuda/remaja, brusaha menjadi muslim produktif dan berkualitas di hadapan
Allah. Semoga Allah senantiasa menuntun dan memudahkan.
Walahu’allam
bisshowab
Sumber
:
Solihin,
O. 2005. “Jangan Jadi Bebek”. Gema Insani Press
Hidayat,
Saeful. 2012. “Aku Jauh Engkau Jauh, Aku Dekat Engkau Dekat”. Mizania
-ch-
Komentar
Posting Komentar