Jika
berbicara mengenai amanah, mungkin ini pembicaraan yang sangat ‘berat’. Karena
amanah bukanlah hal sepele, namun ini berkorelasi kuat dengan
pertanggungjawaban kepada Allah SWT di akhirat kelak. Amanah memang tidak
pernah salah memilih dan tak pernah salah pundak. Ini bukan persoalan kita
mampu atau tidak, bukan persoalan kita mau atau tidak dan pula bukan persoalan
kita pantas atau tidak pantas. Tetapi, ini persoalan bahwa amanah itu datang
atas skenarioNya supaya menjadikan kita menjadi lebih dekat kepada Allah SWT.
Karena amanah ini bukan hal kecil dan bukan persoalan yang mudah untuk
dilaksanakan.
Membahas
sedikit tentang amanah, disamping itu ada hal yang lebih penting juga yaitu
terkait kewajiban kita sebagai seorang pemuda muslim, yaitu berdakwah. Sebagai
umat muslim wajib untuk berdakwah dengan mengajak kepada kebaikan dan mencegah
kemungkaran, seperti yang sudah tertulis pada Al-Qur’an:
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan
umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah
dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”( QS Ali Imran :104 )
Disamping itu sebagai
seorang pemuda muslim yang masih produktif, waktu inilah saat-saat EMAS
(Efektif Massive dan Strategis). Sebab, di saat masih pemuda inilah waktu yang
sangat efektif untuk melakukan berbagai sesuatu. Pemuda itu memiliki kekuatan
secara fisik, kecerdasan dan waktu yang produktif. Disamping itu pemuda adalah agent of change, mempunyai ide-ide yang
kreatif, masih mempunyai pikiran yang jernih dan memiliki semangat yang tinggi.
Sehingga, hal ini sangat membantu dalam melaksanakan dakwah pemuda atau bisa
disebut dakwah thulabi. Dakwah thulabi ini memiliki tujuan yaitu, Membangun sekolah dan kampus sebagai unsur kekuatan
dakwah dan kekuatan perubah, mencetak intelektual muslim,
dan engembangkan ilmu pengetahuan
untuk mendukung peradaban islam.
Adapun
sasaran-saran dakwah thulabi yaitu:
1.
Terbangun
kesadaran dan pemahaman islam di sekolah dan kampus
2.
Tersiapkannya kader dakwah thulabiyah yang siap
mengemban misi keilmuan
3.
Terbangunnya kebebasan dakwah di sekolah dan
kampus
4.
Terdayagunakannya berbagai sarana untuk
pengembangan dakwah
5.
Berkembangnya infrastruktur gerakan untuk
memperbesar kekuatan dakwah islam
6.
Terbangunnya kerjasama dengan berbagai unsur di
bidang ilmu, profesi, dakwah, sosial politik
(sumber: buku Risalah Dakwah Thulabi)
Beberapa
poin diatas merupakan sasaran dakwah thulabi yaitu berada dalam lingkungan
sekolah dan kampus karena disanalah banyak pelaku dakwah pemuda. Dalam konteks
dakwah thulabi ini, peran kita sebagai pemuda muslim ialah bergerak membawa
perubahan menuju kebaikan. Hal ini, salah satunya dapat melalui proses
pembinaan dasar melaui mentoring di sekolah maupun kampus. Meskipun cara
mentoring bukanlah satu-satunya cara dalam berdakwah, karena kita sebagi pemuda
yang aktif dalam berorganisasi juga dapat berdakwah dalam sebuah organisai
tersebut. Seperti, dalam organisasi di sekolah maupun kampus dengan membawa ide-ide
baru untuk dijadikan sebuah program kerja yang nantinya akan membawa perubahan
anggota organisasi tersebut menuju kebaikan. Jadi, selain kita mengikuti sebuah
organisasi, sebagai agen perubahan kita juga wajib untuk memiliki visi dakwah.
Sehingga, diharapkan akan menghasilkan pemuda-pemuda muslim yang aktif, cerdas,
juga memiliki akhlak yang mulia dan semangat dalam meneggakan agama Allah di
muka bumi ini melalui berdakwah. Hal ini bukanlah proses yang sebentar karena
proses tarbiyah ini bisa dikatakan cukup panjang. Pembinaan yang sudah dimulai
sejak SMP, kemudian hasil kader dari SMP akan selanjutnya dibina ke SMA dan
setelah SMA pun juga nanti ada pembinaan lanjut ketika sudah di perguruan
tinggi. Idealnya seperti itu, namun tidak semua orang mengalami proses
tersebut, ada yang dimulai sejak SMP ada juga yang dari SMA dan ada pula yang
dimulai ketika masuk ke perguruan tinggi. Meskipun demikian, sejatinya
tujuannya pun sama yaitu bagaimana mengoptimalkan dakwah pemuda tersebut,
sehingga akan mencetak ilmuaan dan cendekia muslim yang cerdas, berakhlak dan
berjuang dalam menegakkan agama Allah di muka bumi ini.
Namun,
disamping itu dalam perjalanan kereta dakwah thulabi ini tidak dipungkiri bahwa
ada beberapa problematika, yaiu :
- Kurangnya
aktivis dakwah
- Melemahnya
komitmen dan produktifitas amal
- Rendahnya
kualitas manajemen kerja dan kepemimpinan
- Kesulitan
rekruitmen objek dakwah
- Lemahnya
tingkat penguasaan amal dakwah
- Macetnya
kaderisasi
- Tersedotnya
sebagian besar potensi dakwah unuk amal siyasi
- Lemahnya
komunikasi
(sumber:
buku Risalah Dakwah Thulabi)
Dalam buku tersebut, telah disebutkan beberapa
hal mengenai problematika yang sering terjadi. Realita selama perjalanan kereta
dakwah ini memang penuh suka dan duka, seperti halnya di keluarga muslim alumni
sekolah yang semakin berjalannya waktu kader-kader dakwah sudah mulai
menghilang satu per satu. Sehingga, berdampak pada kefektifan dalam pelaksanaan
program kerja yang kurang maksimal karena sumber daya manusia yang minim.
Kemudian, lemahnya komunikasi antar anggota lain karena kesibukan masing-masing
yang berdampak pada seringnya terjadi miss
comunicaton antar anggota. Beberapa hal tersebut, juga sebagai salah satu
penghambat dalam proses pengkaderan.
Mengenai
tentang kaderisasi, hal yang sangat penting dalam sebuah organisasi atau
jamaah. Kaderisasi adalah proses tarbiyah jangka panjang dengan sebuah
pembekalan yang memiliki pedoman dan tahapan tertentu. Kaderisasi merupakan
‘jantung’ dari sebuah organisasinya, karena organiasai itu dianggap ada ketika
memang didalamnya ada pelaku yang melaksanakan program kerjanya. Proses
kaderisasi ini akan mencetak kader sebagai aset utama dalam sebuah gerakan.
Kader disini yang dimaksud adalah seseorang yang bergerak, bisa digerakkan dan
menggerakkan orang lain dalam hal kebaikan. Dalam proses pengkaderan ini juga memiliki
pedoman dan tahapan tertentu, pedomannya salah satunya dengan dibentuknya pola
kaderisasi. Kemudian adapun tahapannya yaitu, pertama proses pengenalan
(ta’rif), kedua pembentukan (takwim) dan ketiga pengkaryaan (tanfidz). Melalui
tiga tahap tersebut, akan mencetak kader-kader yang nantinya kan terjun ke
berbagai medan dakwah, seperti di sya’bi, sekolah, kampus dan parlemen.
Membahas
terkait medan dakwah, salah satunya adalah di sekolah. Dakwah disekolah ini
sudah dimulai pada era 90an atau 80 an pada jenjang SMP yang sudah ada halaqah.
Untuk dakwah sekolah di Yogyakarta sendiri dimulai pada tahun 1993. Dalam hal
ini juga ada fase-fase dakwah:
1.
Tandzimi (struktur).
2.
Sya’bi (masyrakat).
3.
Muasasi (kelembagaan).
4.
Dauli (menguasai Negara)
Belum sampai pada fase ini.
Saat ini dakwah kita masih dalam
proses menuju fase keempat (Dauli). Hal ini merupakan tantangan bagi para
pelaku dakwah, sehingga harus bekerja lebih maksimal dan konsisten menuju fase
Dauli ini. Namun, saat ini masih terdapat masalah-masalah internal yang menjadi
salah satu penghambat berjalannya kereta dakwah ini. Sehingga, diharapkan dalam
dakwah sekolah ini nantinya bisa melaksanakan pembinaan dasar yang lebih
kreatif dan dapat menjawab tantangan perkembangan zaman yang dibutuhkan oleh
pelajar. Diharapkan dalam dakwah sekolah ini secara kuantitas dan kualitas
memiliki kader yang banyak yang mempunyai personal dengan ruhiyah yang baik serta
dapat mengusai terkait pergerakan dan dapat dipandang baik dari berbagai
kalangan. Dalam dakwah sekolah ini pun kita haarus bergerak dinamis, bukan
statis. Seperti halnya terkait mentoring sebagai pembinaan dasar di sekolah.
Sebagai pengelola mentoring disekolah, kita harus berupaya bagaimana untuk
menjadikan mentoring bukanlah hal yang monoton dan membosankan. Dari pengelola
mentoring harus kreatif dalam mengemas mentoring supaya lebih menarik dan
pelajar semangat mengikutinya, misalnya dengan adanya bedah film bersama,
mentoring alam, lomba poster kebaikan dan sebagainya yang sudah mulai
dilaksanakan di SMA . Meskipun hal ini, dirasa belum maksimal karena
persiapan yang kurang maksimal sebab SDM yang cukup minim dalam menangani hal
ini. Sehingga, perlunya ide-ide baru dalam pengemasan mentoring dan juga tidak
menutup kemungkinan untuk mengadakan event dengan kejasama melaui pengelola
mentoring sekolah lain. Sehingga akan lebih mudah memperluas sayap-sayap dakwah
di bumi Allah.
Dalam berbagai proses pembinaan
dakwah sekolah tersebut juga memiliki SPES (Social Politic Engineering of
School). SPES merupakan sebuah rekaya dakwah berdasarkan analisis dari situasi
dan kondisi yang ada di sekolah masing-masing. Untuk melakukan SPES ini
diperlukan 3 hal yang harus dilakukan yaitu memikirkan strategi dakwah,
menganalisis SWOT sekolah dan screnshoot
kondisi di sekolah. Tiga hal ini yang nantinya dapat dijadikan dasar dalam
proses pembuatan SPES dengan melihat potensi yang ada di sekolah guna
mengoptimalkan kerja. Namun, tidak kalah penting juga
dalam merencanakan dan proses pembuatan SPES ini juga harus melaui sebuah
syuro’ atau musyawarah untuk mencapai sebuah keputusan bersama. Dalam syuro’
ini juga ada tahapan syuro’ nya yaitu, menyiapkan SWOT (pra), melihat efek program
kerja dan menganalisinya (saat berlangsung) dan follow-up dan penjagaan program kerja (pasca). Dalam realita
syuro’, masih banyak hal yang harus mulai dibenahi. Mulai dari waktu yang tidak
sesuai jadwal, kefektifak syuro’ yang sering tidak fokus, anggota yang
berhalangan hadir karena kesibukan masing-masing dan follow-up program kerja yang masih kurang maksimal. Oleh karena
itu, maka mulai saat ini evaluasi dari pribadi masing-masing, kemudian evaluasi
kinerja kita selama ini lalu dilakukan analisis yang nantinya akan menghasilkan
sebuah solusi yang lebih baik untuk perjalanan kereta dakwah lebih mudah.
Sebab, kereta dakwah ini akan terus berjalan hingga nanti mendarat di surgaNya.
Semoga kita semua diberikan kekuatan dan keistiqomahan dalam jalan dakwah ini,
hingga lelah itu lelah mengikuti kita karena sejatinya jika sudah Lillah maka
tak akan lelah.
Wallahu’alam bissawab…
-Ch
Komentar
Posting Komentar