10 hari terakhir Ramadhan...
Sebagaimana diriwayatkan oleh
sahabat Salman Al Farisi: “Adalah bulan Ramadhan, awalnya rahmat,
pertengahannya maghfirah dan akhirnya pembebasan dari api neraka.”
Dari ummul mukminin, Aisyah ra.,
menceritakan tentang kondisi Nabi saw. ketika memasuki sepuluh hari terakhir
Ramadhan: “Beliau jika memasuki sepuluh hari terkahir Ramadhan,
mengencangkan ikat pinggang, menghidupkan malamnya dan membangunkan
keluarganya.”
Apa rahasia perhatian lebih beliau
terhadap sepuluh hari terakhir Ramadhan? Paling tidak ada dua sebab utama:
Sebab pertama, karena sepuluh terkahir ini merupakan penutupan bulan
Ramadhan, sedangkan amal perbuatan itu tergantung pada penutupannnya atau
akhirnya. Rasulullah saw. berdo’a:
“اللهم اجعل خير عمري آخره وخير عملي
خواتمه وخير أيامي يوم ألقاك”
“Ya Allah, jadikan sebaik-baik
umurku adalah penghujungnya. Dan jadikan sebaik-baik amalku adalah
pamungkasnya. Dan jadikan sebaik-baik hari-hariku adalah hari di mana saya
berjumpa dengan-Mu Kelak.”
Jadi, yang penting adalah hendaknya
setiap manusia meangakhiri hidupnya atau perbuatannya dengan kebaikan. Karena
boleh jadi ada orang yang jejak hidupnya melakukan sebagian kebaikan, namun ia
memilih mengakhiri hidupnya dengan kejelekan.
Sepuluh akhir Ramadhan merupakan
pamungkas bulan ini, sehingga hendaknya setiap manusia mengakhiri Ramadhan
dengan kebaikan, yaitu dengan mencurahkan daya dan upaya untuk meningkatkan
amaliyah ibadah di sepanjang sepuluh hari akhir Ramadhan ini.
Sebab kedua, karena dalam sepuluh hari terakhir Ramadhan di duga
turunnya lailatul qadar, karena lailatul qadar bisa juga turun
pada bulan Ramadhan secara keseluruhan, sesuai dengan firman Allah swt.
إنا أنزلناه في ليلة القدر
“Sesungguhnya Kami telah turunkan
Al Qur’an pada malam kemulyaan.”
Allah swt. juga berfirman:
شهر رمضان الذي أنزل فيه القرآن هدى
للناس وبينات من الهدى والفرقان
“Bulan Ramadhan,adalah bulan
diturunkan di dalamnya Al Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan
dari petunjuk dan pembeda -antara yang hak dan yang batil-.”
Dalam hadits disebutkan: “Telah
datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan di dalamnya ada lailatul qadar,
malam lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa diharamkan darinya maka ia
diharamkan mendapatkan kebaikan seluruhnya. Dan tidak diharamkan kebaikannya
kecuali ia benar-benar terhalang -mahrum-.”
Al qur’an dan hadits sahih
menunjukkan bahwa lailatul qadar itu turun di bulan Ramadhan. Dan boleh
jadi di sepanjang bulan Ramadhan semua, lebih lagi di sepuluh terakhir
Ramadhan. Sebagaimana sabda Nabi saw.:
“التمسوها في العشر الأواخر من
رمضان“.
“Carilah lailatul qadar di sepuluh
terakhir Ramadhan.”
Pertanyaan berikutnya, apakah
lailatul qadar di seluruh sepuluh akhir Ramadhan atau di bilangan ganjilnya
saja? Banyak hadits yang menerangkan lailatul qadar berada di sepuluh
hari terakhir. Dan juga banyak hadits yang menerangkan lailatul qadar
ada di bilangan ganjil akhir Ramadhan. Rasulullah saw. bersabda:
“التمسوها في العشر الأواخر
وفي الأوتار”
“Carilah lailatul qadar di sepuluh
hari terakhir dan di bilangan ganjil.”
“إن الله وتر يحب الوتر”
“Sesungguhnya Allah ganjil, menyukai
bilangan ganjil.”
Oleh karena itu, kita rebut lailatul
qadar di sepuluh hari terakhir Ramadhan, baik di bilangan ganjilnya atau di
bilangan genapnya. Karena tidak ada konsensus atau ijma’ tentang kapan turunya lailatul
qadar.
Di kalangan umat muslim masyhur
bahwa lailatul qadar itu turun pada tanggal 27 Ramadhan, sebagaimana
pendapat Ibnu Abbas, Ubai bin Ka’ab dan Ibnu Umar radhiyallahu anhum. Akan
tetapi sekali lagi tidak ada konsensus pastinya.
Sehingga imam Ibnu Hajar dalam kitab
“Fathul Bari” menyebutkan, “Paling tidak ada 39 pendapat berbeda tentang
kapan lailatul qadar.”
Ada yang berpendapat ia turun di
malam dua puluh satu, ada yang berpendapat malam dua puluh tiga, dua puluh
lima, bahkan ada yang berpendapat tidak tertentu. Ada yang berpendapat lailatul
qadar pindah-pindah atau ganti-ganti, pendapat lain lailatul qadar ada di
sepanjang tahun. Dan pendapat lainnya yang berbeda-beda.
Untuk lebih hati-hati dan
antisipasi, hendaknya setiap manusia menghidupkan sepuluh hari akhir Ramadhan.
Apa yang disunnahkan untuk
dikerjakan pada sepuluh hari akhir Ramadhan?
Adalah qiyamullail, sebelumnya
didahului dengan shalat tarawih dengan khusyu’. Qira’atul qur’an, dzikir kepada
Allah, seperti tasbih, tahlil, tahmid dan takbir, istighfar, do’a, shalawat
atas nabi dan melaksanakan kebaikan-kebaikan yang lainnya.
Lebih khusus memperbanyak do’a yang
ma’tsur:
وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهَا قَالَتْ : قُلْت : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، أَرَأَيْت إنْ عَلِمْت أَيُّ
لَيْلَةٍ لَيْلَةُ الْقَدْرِ ، مَا أَقُولُ فِيهَا ؟ قَالَ : قُولِي : اللَّهُمَّ
إنَّك عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
Seperti yang diriwayatkan oleh
Aisyah, bahwa beliau berkata: “Saya berkata: Wahai Rasul, apa pendapatmu
jika aku mengetahui bahwa malam ini adalah lailatul qadar, apa yang harus aku
kerjakan? Nabi bersabda: “Ucapkanlah: “Allahumma innaka afuwwun tuhibbul afwa
fa’fu ‘anni.” (Ya Allah, Engkau Dzat Pengampun, Engkau mencintai orang
yang meminta maaf, maka ampunilah saya.” (Ahmad dan disahihkan oleh
Al-Albani)
Patut kita renungkan, wahai
saudaraku muslim-muslimah: “Laa takuunuu Ramadhaniyyan, walaakin kuunuu
Rabbaniyyan. Janganlah kita menjadi hamba Ramadhan, tapi jadilah hamba Tuhan.”
Karena ada sebagian manusia yang menyibukkan diri di bulan Ramadhan dengan
keta’atan dan qiraatul Qur’an, kemudian ia meninggalkan itu semua bersamaan
berlalunya Ramadhan.
Kami katakan kepadanya: “Barangsiapa
menyembah Ramadhan, maka Ramadhan telah mati. Namun barangsiapa yang menyembah
Allah, maka Allah tetap hidup dan tidak akan pernah mati.”
Allah cinta agar manusia ta’at
sepanjang zaman, sebagaimana Allah murka terhadap orang yang bermaksiat di
sepanjang waktu.
Dan karena kita ingin mengambil
bekalan sebanyak mungkin di satu bulan ini, untuk mengarungi sebelas bulan
selainnya.
Semoga Allah swt. menerima amal
kebaikan kita. Amin
تقبل الله منا ومنكم صالح الأعمال.
Komentar
Posting Komentar