Dakwah dan Amal Jama'i
1. Dalam
fase dakwah Rasulullah SAW pada fase madinah. Dakwah Rasulullah SAW yang
ditujukan kepada orang-orang yang sudah masuk Islam (umat Islam) bertujuan agar
mereka mengetahui seluruh ajaran Islam baik yang diturunkan di Mekah ataupun
yang diturunkan di Madinah, kemudian mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari, sehingga mereka betul-betul menjadi umat yang bertakwa. Selain
itu, Rasulullah SAW dibantu oleh para sahabatnya melakukan usaha-usaha nyata
agar terwujud persaudaraan sesama umat Islam dan terbentuk masyarakat madani di
Madinah. Berdasarkan fase dakwah Rasul tersebut dapat juga dianalogikan untuk
kegiatan dakwah kita. Yakni, pada kegiatan dakwah kita misalnya melalui
mentoring yaitu kita mencoba bersama-sama saling mempelajari ajaran agama Islam
lebih jauh dan juga mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari untuk mewujudkan
akhlak yang mulia. Disamping itu dalam perjalanan proses berdakwah itu, kita
berdakwah secara bersama-sama saling membantu satu dengan yang lain, saling
mengingatkan sehingga dapat terciptanya ukhuwah itu yang nantinya akan
memudahkan dalam perjalanan ini.
2. A. Amal jama’I merupakan amal yang kita
kerjakan secara bersama-sama. Karena tidak selamanya kita bisa bergerak sendiri
tanpa bantuan orang lain. Terkadang ada situasi dan kondisi kita harus beramal
jama’I (bersama-sama) untuk mewujudkan hasil yang kita targetkan. Kita
harus untuk beramal jama’i Bahkan para
semutpun melakukan amal jama’i. Allah Subhanahu
wa Ta’ala
berfirman, “Hingga
apabila mereka sampai ke lembah semut berkatalah seekor semut, “’Hai semut-semut, masuklah ke
dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya
sedang kamu tidak menyadari.” (QS. 27 :
18).
Karena kita tidak selama bisa bekerja sendiri
dalam dakwah ini, dengan beramal jama’I akan menjadi lebih ringan, ukhuwahnya
juga akan terasa dan Allah pun juga menyukai barisan yang kokoh (seperti dalam
QS Ash Shaff). Jadi, disamping kita beramal jama’I kita juga harus memastikan
jamaah/barisan itu kokoh dan kompak dalam menjalankan dakwah. Sebab, jika tidak
kokoh makan berjalannya akan mengalami berbagai kendala dan akan terasa lebih
berat.
Allah Subhanahu
wa Ta’ala
berfirman, “Wahai
sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari
diri yang satu, dan daripada keduanya Allah mengembangbiakkan laki-laki dan
perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan)
nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan
silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (QS. 4 :
1)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada Tali (Agama) Allah dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.”(QS. 3 : 103)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada Tali (Agama) Allah dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.”(QS. 3 : 103)
b.
Kaderisasi sangatlah penting. Sebab dalam sebuah perjalanan dakwah ini ibarat
sebuah rantai pada sepeda. Dalam perjalanannya juga akan membutuhkan oli yang
baru untuk terus memperlancar perjalanannya. Jika tidak ada oli pengganti yang
baru rantai sepeda itu akan susah untuk dikayuh bahkan jika benar-benar sudah kering
dapat mengakibatkan rantai itu terputus. Oleh karena itu, hal ini sangatlah
penting dan krusial sekali. Sebab kaderisasi ini sangatlah berpengaruh pada
perjalanan dakwah kedepannya, apakah ada penerus estafet dakwah atau tidak.
Sehingga, esensi kaderisasi inilah yang kelak akan mencetak kader yang beriman,
bertaqwa, sholeh untuk menyebarkan kebaikan-kebaikan, mewarnai dunia dengan
ajaran Islam dan bermanfaat untuk orang lain. Seperti halnya dalam dakwah
sekolah, misalnya di Rohis maupun mentoring tersebut tidak ada kaderisasinya,
maka akan dibawa kemana tongkat estafet dakwah itu. Jangan sampai hanya
berhenti di suatu titik, terus berusaha dalam proses kaderisasi supaya nantinya
tetap adanya alur rantai dakwah itu yang berkelanjutan.
#Tulisanku
-cca19-
-cca19-
Komentar
Posting Komentar